Oktober 09, 2010

menanti TAYANGAN VIDEO MIRIP ARTIS



Gegar kasus video porno yang diduga dimainkan Ariel "Peterpan", Luna Maya, dan Cut Tari, sesungguhnya bukan sekedar menghindangkan sensasi dan aroma kepentingan media yang memburu rating dan share. Di balik itu, media itu tengah mempertaruhkan objektivitas dan kearifannya.

Beranjak dari pemikiran "sederhana" itu, dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, syaiful HALIM, penulis Gado-gado Sang Jurnalis: Rundown Wartawan Ecek-ecek dan Memotret Khatulistiwa, akan menghidangkan buku paling baru bertajuk:

TAYANGAN MIRIP VIDEO ARTIS
-- Pertaruhan Objektivitas dan Kearifan Media


Seperti juga buku-buku terdahulu, kali ini sang penulis akan tetap dengan gaya bertuturnya untuk mengungkapkan delapan kekeliruan media dalam memilih dan mengemas tema kasus video porno itu. Nantikan.

Juli 23, 2010

nantikan, MIRIP VIDEO ARTIS

Media adalah perusahaan. Dalam kondisi sekarang, media tidak lagi dipandang sebagai lembaga yang berdiri atas kebutuhan informasi khalayak. Sebaliknya, media adalah mesin produksi yang ditujukan untuk peraihan kepentingan ekonomi dan politik, sehingga para awak media pun sibuk “menyutradarai” konstruksi-konstruksi realitas yang akan disajikan layar kaca.


Dalam suasana itulah kasus video porno yang diduga dimainkan Ariel “Peterpan”, Luna Maya, dan Cut Tari, menyeruak di antara tema-tema lain. Media telah tergoda untuk mempertaruhkan objektivitas dan kearifannya demi rating dan share. Dan dalam konteks itulah, buku Video Mirip Artis menjumpai Anda.


Buku Mirip Video Artis bukan sekadar memberondong kekeliruan-kekeliruan media televisi dalam memilih tema dan mengemas isu tersebut yang laksana program infotainment. Tapi, buku ini pun mengilasbalik “kesakralan”: tradisi komunikasi, dengan metafora media dan agenda setting-nya; etika komunikasi dan kearifan media; teknik peliputan dan produksi berita televisi; hingga analisis isi media.


Poin akhir buku Mirip Video Artis adalah kearifan media untuk memperlihatkan kembali jati dirinya dan kecerdasan khalayak untuk menyikapi pesan media. Bila media dinilai tidak lagi objektif, lantas bagaimana dengan program infotainment?


Saatnya untuk menyelami halaman demi halaman buku ini sambil bersiap-siap untuk menyikapi persoalan-persoalan pertelevisian di Tanah air secara bijak. Tunggu kehadirannya.[]

Juni 29, 2010

pesta buku JAKARTA 2010


Dapatkan buku
Gado-Gado Sang Jurnalis:
Rundown Wartawan Ecek-Ecek
(Discount 30%)
dan
Memotret Khatulistiwa
(Discount 10%)
di Pesta Buku Jakarta 2010 di Istora Gelora Bung Karno Senayan
Stand Gramata Publishing (No. 49) Ruang Kenanga, 2-11 Juli 2010.

April 16, 2010

terbit, MEMOTRET KHATULISTIWA


Seakan sekuel buku terdahulu, Memotret Khatulistiwa menjabarkan perjalanan penulisnya saat memproduksi dokumenter televisi di sejumlah daerah terpencil. Dalam buku Gado-Gado Sang Jurnalis, ia menyinggung teknis produksi program khusus dan kiprahnya sebagai kreator. Termasuk, mengungkap kedekatan sang Penulis dengan beberapa komunitas adat dan situs-situs prasejarah di Tanah Air.

Dengan tagline "Panduan Praktis Produksi Dokumenter Televisi", Memotret Khatulistiwa menawarkan empat hal utama, yakni feature bergenre laporan perjalanan yang murni petualangan, catatan the making of atau produksi program dokumenter POTRET di SCTV, sekilas etnografi atau penggambaran wajah suku-suku atau etnik di Tanah Air--kajian Ilmu Antropologi--dan pelukisan situs-situs arkeologis di pelosok negeri --kajian Ilmu Arkeologi.

Selain itu, Memotret Khatulistiwa pun diperkaya konsep online journalism ala John Vernon Pavik, akademisi Amerika Serikat yang memberikan sumbangsih besar dengan ide multimedialitas, hipetekstualitas, dan interaktivitas. Buku ini uga mencantumkan LINK VIDEO TERKAIT, yang memungkinkan pembaca melihat video dari setiap pembahsan di portal liputan6.com. Bahkan, blog gado-gado SANG JURNALIS pun telah mencantumkan setiap alamat video-video itu.

So, saatnya memburu Memotret Khatulistiwa!

Februari 07, 2010

menanti MEMOTRET KHATULISTIWA

Setelah Gado-Gado Sang Jurnalis: Rundown Wartawan Ecek-Ecek, dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi Gramata Publishing akan meluncurkan buku terbaru syaiful HALIM, Memotret Khatulistiwa.

Seakan sekuel buku terdahulu, Memotret Khatulistiwa menjabarkan perjalanan sang Penulis saat memproduksi dokumenter televisi di sejumlah daerah terpencil --dalam buku Gado-Gado Sang Jurnalis, sang Penulis menyinggung teknis produksi program khusus dan kiprahnya sebagai kreator. Termasuk, mengungkap kedekatan sang Penulis dengan beberapa komunitas adat dan situs-situs prasejarah di Tanah Air.

Dengan tagline "Catatan Petualangan dan Pembuatan Film Dokumenter tentang Komunitas Adat dan Situs Arkeologis", Memotret Khatulistiwa menawarkan empat hal utama, yakni feature bergenre laporan perjalanan yang murni petualangan, catatan the making of atau produksi program dokumenter POTRET di SCTV, sekilas etnografi atau penggambaran wajah suku-suku atau etnik di Tanah Air --kajian Ilmu Antropologi, dan pelukisan situs-situs arkeologis di pelosok negeri --kajian Ilmu Arkeologi.

Seperti juga buku terdahulunya, kali ini pun syaiful HALIM tetap memainkan sejumlah sudut pandang untuk mengolah data plus dengan gaya bahasa yang ringan dan cenderung popular. Sehingga, materi yang berat dan dalam menjadi terasa ringan dan layak dikunyah oleh kalangan pembaca awam sekali pun.

Ingin menjadi dari bagian petualangan para kreator POTRET itu? Nantikan kehadiran Memotret Khatulistiwa sesaat lagi. So, stay tune in this blog.[]