Akhirnya, masa penantian itu berakhir juga. Setelah disemayamkan selama tiba bulan, akhirnya warga Perkampungan Adat Rende, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, bisa menyaksikan salah satu tokoh adat dan pemerintahan di kabupaten itu mendapati peristirahatan terakhirnya. Senin (10/11) mendatang, jasad mantan Bupati Sumba Timur Umbu Mehang Kunda akan dimakamkan secara adat.
Acara itu menjadi menarik bukan karena ketokohan almarhum Umbu, tapi juga berkaitan dengan atmosfir budaya yang akan disajikan. Hingga, 135 rombongan adat yang masing-masing beranggotakan sekitar 250 orang dari berbagai daerah di Nusa Tenggara Timur, tidak akan melepaskannya begitu saja. Mereka diperkirakan akan berdatangan mulai Ahad (9/11) dan diterima secara adat di Huma Bokul atau rumah besar.
Rencananya, ritual pemakaman diawali dengan pemotongan delapan ekor hewan, yakni dua pasang kuda dan dua pasang kerbau. Setelah itu, jenazah dikeluarkan dari rumah besar menuju lokasi pemakaman dikawal papanggang atau penjaga jenazah selama persemayaman.
Papanggang terdiri atas pasangan lelaki yang menunggang kuda dan membawa ayam dan perempuan yang membawa sirih-pinang. Mereka mengenakan pakaian kebesaran dilengkapi perhiasan emas.
Setelah jenazah dimasukkan ke liang lahat, warga akan memotong empat ekor kuda dan empat ekor kerbau. Sedangkan delapan ekor hewan yang dipotong sebelum jenazah dimakamkan dibuang ke pinggir kampung, untuk dimanfaatkan warga setempat. Pihak keluarga tidak boleh mengonsumsi hewan itu, apalagi untuk menjamu para pelayat.
Keluarga besar almarhum memang menyiapkan hewan tersendiri untuk dihidangkan ke para pelayat. Untuk kebutuhan konsumsi sekitar 4.000 pelayat, mereka telah menyediakan hampir 300 ekor hewan.
Selain urusan perut dan rincian acara, keluarga besar almarhum juga menyiapkan batu nisan khusus seberat 32 ton berbentuk perahu, dengan dua penji atau tiangh berrelief. Bahkan, pihak keluarga harus memboyongnya dari Bukit Kampung Rende yang letaknya cukup jauh dari rumah besar.(SHA/Liputan6.com)
Rencananya, ritual pemakaman diawali dengan pemotongan delapan ekor hewan, yakni dua pasang kuda dan dua pasang kerbau. Setelah itu, jenazah dikeluarkan dari rumah besar menuju lokasi pemakaman dikawal papanggang atau penjaga jenazah selama persemayaman.
Papanggang terdiri atas pasangan lelaki yang menunggang kuda dan membawa ayam dan perempuan yang membawa sirih-pinang. Mereka mengenakan pakaian kebesaran dilengkapi perhiasan emas.
Setelah jenazah dimasukkan ke liang lahat, warga akan memotong empat ekor kuda dan empat ekor kerbau. Sedangkan delapan ekor hewan yang dipotong sebelum jenazah dimakamkan dibuang ke pinggir kampung, untuk dimanfaatkan warga setempat. Pihak keluarga tidak boleh mengonsumsi hewan itu, apalagi untuk menjamu para pelayat.
Keluarga besar almarhum memang menyiapkan hewan tersendiri untuk dihidangkan ke para pelayat. Untuk kebutuhan konsumsi sekitar 4.000 pelayat, mereka telah menyediakan hampir 300 ekor hewan.
Selain urusan perut dan rincian acara, keluarga besar almarhum juga menyiapkan batu nisan khusus seberat 32 ton berbentuk perahu, dengan dua penji atau tiangh berrelief. Bahkan, pihak keluarga harus memboyongnya dari Bukit Kampung Rende yang letaknya cukup jauh dari rumah besar.(SHA/Liputan6.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar