Juni 20, 2007

KARIO KURAWA DAN PANTUN MELAYU

Pulau Bangka adalah wahana bermukimnya para pujangga Melayu. Karena, setiap warga di pulau itu bisa menjadi pujangga. Persisnya, melalui ungkapan pantun-pantung yang biasa diucap di berbagai tempat. Guru dan murid di sekolah, atasan dan bawahan di kantor, polisi dan pengguna jalan di jalanan, punggawa dan sahi di atas perhau, atau petani dan buruhnya di sawah, terbiasa berbalas pantun untuk mengurai sebuah masalah. Pantun ini juga yang menghadirkan suasana segar; dalam senyum, tawa, amarah, atau kedukaan, justru diungkap dalam baris-baris sampiran dan isi.


Melalui tokoh Kario, tukang parkir yang dikenal mahir berbalas pantun, akan diperlihatkan menunjukkan hiruk-pikuk kota Bangka dan pantun-pantunnya. Kario akan menuturkan profil kota Bangka, penjelasan dan makna pantun bagi dirinya dan warga Bangka, serta kontradiktif sopan-santun ala pantun yang khas Indonesia dengan kondisi sosial, politik, dan keamanan di berbagai daerah. Artinya, andai tradisi berbalas pantun dipelihara, bisa jadi, bukan hanya akan menghadirkan keindahan irama, bunyi, dan isi pantun, tapi juga kepribadian Indonesia yang cita damai dan kerukunan.


“Dalam Gelak Ada Pantun, Dalam Pantun Ada Bicara” adalah cerita tentang kehidupan warga Melayu di Pulau Bangka, yang bangga akan tradisi lisannya; pantun. Cerita ini perlu dihadirkan, untuk memperlihatkan mirisnya situasi keperibadian di berbagai daerah, yang seakan lebih mengedepankan kepentingan. Sisi lain, tradisi lisan itu pun hanya disuburkan di pesisir Melayu. Bahkan, sejumlah karya sastra Melayu juga raib ke tempat lain. Apakah hanya seorang Kario yang berkepentingan mempertahankan tradisi lisan ini?

TIM PRODUKSI:
“Dalam Gelak Ada Pantun, Dalam Pantun Ada Bicara”
; Syaiful Halim (Sutradara/Penulis Naskah); Teguh Prihantoro (Pengarah Fotografi/Kamerawan); Endarjo Herry (Penyunting Gambar); Billy Soemawisastra (Narator); M. Nur Ridwan & Budi Utomo (Penata Grafis); Ari Widagdo (Penata Musik); Suparyono (Periset); Kario Kurawa (Talent); Herry (Pendukung Produksi). Diproduksi di Pulau Bangka, Kepri, pada 3–9 November 2006. Ditayangkan di Program POTRET SCTV pada 18 November 2006.

NARASI ORISINAL:

Terbang tinggi burung gelatik

Mari berhinggap di pohon mati

Pantun adalah puisi klasik

Lebih mudah untuk dimengerti


Pagi hari turun ke sawah

Memakan padi anak tekukur

Pantun sangat berguna bagi kita

Salah satu sifatnya menghibur


Buah jambu rasanya kelat

Warnanya merah pohonnya rimbun

Wahai para masyarakat

Hendaklah kita rajin berpantun


PESISIR PULAU BANGKA SAAT DINI HARI/ BUKAN HANYA MENGHADIRKAN PERAHU-PERAHU NELAYAN/ YANG TENGAH MEMBONGKAR SAUH DI DERMAGA// ADA PARA NELAYAN DENGAN RATUSAN IKAN EKOR TANGKAPANNYA// ADA TAUKE DENGAN TIMBANGAN DAN IKAN-IKAN/ YANG DIJAJAKANNYA// ADA TENGKULAK DENGAN SEPEDA MOTOR DAN IKAN-IKAN/ YANG BARU DIBELINYA// SERTA/ ADA KARIO/ YANG JUSTRU SIBUK DENGAN PANTUN-PANTUNNYA//


PANTUN DAN MEMARKIRKAN KENDARAAN/ MEMANG DUA HAL YANG BERBEDA// TAPI/ KARIO MEMANG DIKENAL SEBAGAI TUKANG PARKIR/ YANG PINTAR BERBALAS PANTUN//


PULAU BANGKA/ IBARATNYA SAMUDERA PANTUN DI ANTARA PESISIR-PESISIR TANAH MELAYU// DI TEMPAT INI/ MASYARAKATNYA TERBIASA MENDENGAR PADUAN SAMPIRAN DAN ISI DARI SEBUAH PANTUN/ DI SETIAP WAKTU DAN TEMPAT// KARENA ITU/ PADA DASARNYA/ PULAU BANGKA BUKAN HANYA LAYAK DIKENAL KARENA KERUPUK-BANGKANYA/ ATAU TANAH-TANAHNYA YANG BOLONG AKIBAT PENGGALIAN TIMAH// TAPI/ RIBUAN PANTUN-PANTUNNYA/ MESTINYA IKUT DIPERHITUNGKAN//


Perahu berhenti di tengah karang

Niatlah hati ke negeri Sabah

Pulau Bangka sekarang penuh lubang

Akibat orang-orang yang serakah


Gadis melayu berambut panjang

Pakai selendang berbaju kurun

Walaupun Pulau Bangka penuh lubang

Di sini tempat lahir pujangga pantun


PADA KENYATAANNYA/ KERUPUK BANGKA DAN TIMAH BANGKA MEMANG LEBIH DIKENAL// APALAGI LAGI/ TIMAH BANGKA// KARENA ITU/ WARGA PULAU BANGKA PUN LEBIH SUKA MENGGALI TANAH-TANAH KOSONG/ ATAU MENGHISAP PASIR-PASIR PUTIH DI LAUT UNTUK MENDAPATKAN TIMAH// KARENA ITU/ DI LOKASI PENGGALIAN TIMAH DI DARAT ATAUPUN TEI-APUNG/ JANGAN BERHARAP AKAN MENDENGAR PANTUN// MEREKA/ SUDAH PASTI/ LEBIH MEMIKIRKAN JUMLAH TIMAH YANG BAK DIDAPAT/ DIBANDINGKAN MENCIPTA SAMPIRAN ATAU ISI SEBUAH PANTUN//


Apa tanda si batang sukun

Buahnya lebat pohonnya rimbun

Orang Bangka banyak mengerti pantun

Mengapa banyak orang tidak punya sopan-santun


SAMPIRAN MENJADI KALIMAT PEMBUKA/ YANG MENAMPILKAN BENDA/ HEWAN/ ATAU TUMBUHAN/ SEBAGAI PENGUMPAN SAJAK DI BELAKANGNYA// SEDANGKAN/ ISI MENGUNGKAP PESAN YANG DIMAKSUD// DENGAN KEKAYAAN KOSA KATA DARI ALAM DAN WARNA-WARNI KEHIDUPAN/ SEORANG PUJANGGA PANTUN/ BISA MENGUTARAKAN BERBAGAI PEMIKIRANNYA// PANTUN BISA MENJADI NASIHAT/ TEGURAN/ AJARAN/ HIMBAUAN/ PERTANYAAN/ BAHKAN TEKA-TEKI//


Burung bernyanyi di tengah hutan

Hendak berhinggap di atas dahan

Mari membangun kesadaran

Ayo kita jaga kebersihan


Pisang raja enak rasanya

Mari kusimpan di dalam peti

Wahai karyawan giatlah bekerja

Tapi jangan cepat minta naik gaji


Tiga sekawan si anak rusa

Mencari makan di tengah hutan

Masyarkat berhati-hatilah di jalan raya

Karena sekarang rawan kecelakaan


Anak kuda cepat berlari

Hanya satu berbulu belang

Terima kasih Pak Polisi mengingatkan kami

Tapi jangan kami ditilang


MESKIPUN KERUPUK BANGKA DAN TIMAH BANGKA LEBIH MENGUASAI KEHIDUPAN WARGA PULAU BANGKA/ TETAP SAJA/ ADA ORANG YANG MENCOBA MENJADI PUJANGGA PANTUN// KARIO// YA KARIO/ YANG TUKANG PARKIR DAN GURU HONORER INILAH ORANGNYA//


Buah padi masak serumpun

Buahnya tunduk makin berisi

Saya belajar dari kakek berpantun

Karena pantun lebih mudah dimengerti


Negeri Malaka melayu tertua

Disebut juga tanah serumpun

Saya kehabisan berbahasa

Sehingga saya sulit mengembangkan pantun


Kalau tuan pergi ke taman

Petikkan saya bunga melati

Membaca menambah pengalaman

Pengalaman saya anggap guru sejati


KALAU PADA AKHIRNYA/ KARIO JADI AHLI BERBALAS PANTUN/ TENTU HARUS MAKLUM// KARENA/ IA MEMANG SANGAT MENCANDU TRADISI LISAN MELAYU ITU//


Sungguh harum bunga selasih

Mari dipetik si anak dara

Hidup sendiri sangatlah sedih

Apalagi hidup sebatang kara


Dari Malaka ke Pulau Sembulun

Singgah sebentar mengambil air

Walaupun saya Pujangga Pantun

Saya hanya mengajar dan juru parkir


DULU/ PANTUN BISA DIHADIRKAN DI MANAPUN/ TANPA MELIHAT BOBOT ACARANYA// KINI/ BERTUTUR SANTUN ALA PANTUN/ LEBIH BANYAK DITEMPATKAN DI PESTA-PESTA TERTENTU/ YANG MEMBAWA EMBEL-EMBEL ADAT// DI PESTA PERKAWINAN/ SUDAH PASTI/ AKAN TERASA HAMBAR DAN KURANG AFDOL/ APABILA KELUARGA DARI KEDUA MEMPELAI TIDAK MENGHADIRKAN JURU PANTUN//


PANTUN BISA DIUCAPKAN DAN MENJADI CARA BERTUTUR DI SETIAP RUANG PERGAULAN// KARENA/ BERBAHASA ALA PANTUN/ AKAN MEMBUAT PENUTURNYA AKAN LEBIH BISA MENJAGA PRILAKU DAN SIKAPNYA DI HADAPAN LAWAN BICARANYA// MESKIPUN SAAT ITU/ IA TENGAH MENYIMPAN KEGALAUAN/ KEGUSARAN/ ATAU KEMARAHAN//


PARA PUJANGGA PANTUN BERTUTUR/ UNGKAPAN ALA PANTUN ADALAH UCAPAN ISI HATI YANG HALUS/ DAN BISA MENGHANTARKAN MAKSUD PIKIRANNYA/ TANPA MEMBUAT PENDENGARNYA TERSINGGUNG/ APALAGI SAKIT HATI// KALAU SETIAP MASALAH DITUNTASKAN DENGAN PANTUN/ BISA JADI/ TIDAK ADA KERIBUTAN ATAU KERICUHAN YANG DIAKIBATKAN SEBUAH PERBEDAAN PENDAPAT ATAU KEPENTINGAN//


Terpaksa kutebang si batang kayu

Karena ulat memakan daun

Pantun adalah budaya melayu

Sungguh sayang orang jarang berpantun

Pergi ke sungai membawa sabun

Hendaklah mandi di pagi hari

Jangan sekali-kali melupakan pantun

Karena pantun adalah budaya sendiri


SEBUAH PANTUN MEMILIKI TIGA UNSUR UTAMA// YAKNI/ IRAMA// PADUAN UNSUR IRAMA/ BUNYI/ DAN ISI/ MEMBUAT PANTUN MERUPAKAN PUISI KLASIK/ MIRIP DENGAN TRADISI LISAN MELAYU LAINNYA/ SEPERTI MANTERA ATAU GURINDAM// YANG MEMBUATNYA BEDA/ PANTUN SENANTIASA MENGGUNAKAN BAHASA TUTUR YANG MUDAH DIMENGERTI DAN ENAK DIDENGAR//


DALAM SEMAK ADA KEBUN/ DALAM KEBUN ADA PARA// DALAM GELAK ADA PANTUN/ DALAM PANTUN ADA BICARA// ANAK CINA BERTIMBANG MADAT/ DARI PASAK LANGSUNG KE DELI// HIDUP DI DUNIA BIAR BERADAT/ BAHASA TIDAK DIJUAL BELI//


KEKUATAN SEBUAH PANTUN ADALAH PADA CARA MENGUNGKAPKAN PERNYATAANNYA/ YANG HALUS DAN SANTUN// KETIKA MANUSIA KEHILANGAN POLA DALAM BERTUTUR/ MAKA YANG TERJADI/ ADALAH UNGKAPAN KEINGINAN DAN GEJOLAK// KEKUATAN SEBUAH PANTUN ADALAH IA MERUPAKAN WARISAN ADAT-ISTIADAT/ YANG SARAT DENGAN NILAI-NILAI// KETIKA MANUSIA KEHILANGAN TATA KRAMA KEHIDUPANNYA/ MAKA YANG TERJADI/ ADALAH KETIDAK-ATURAN DAN KESEWENANG-WENANGAN//


MESTIKAH/ HANYA SEORANG KARIO/ YANG TETAP TEGUH MENJAGA KEKUATAN SEBUAH PUISI KLASIK BERNAMA/ PANTUN???//

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Salam kenal bang, Sengan saya bisa menemukan info yang luar biasa ini.
terima kasih atas ilmunya. salam kenal.