Juni 20, 2007

SUKU LIO DI PULAU FLORES


(Foto-foto: Teguh Prihantoro dan Syaiful Halim)

Suku Lio merupakan suka terbesar di Kabupaten Ende, Flores, NTT. Mereka memiliki sejarah panjang, untuk membangun komunitasnya dan menjaga kehidupan tradisionalnya. Misalnya saja, suku Lio yang bermukim di tanah persekutuan Lisa Tana Telu, Desa Wololela A, Kecamatan Lio Timur, Ende. Ketika mereka bersiap-siap kembali ke huma untuk bercocok-cocok tanam, mereka menggelar upacara yang disebut “Tedo Pare Uma Nggua”.

“Ketika Suku Lio Kembali ke Huma” menceritakan prosesi upacara untuk memulai bercocok tanam itu; diawali kehadiran Tim Potret, persiapan seluruh lapisan masyarakat untuk menyambut upacara, upacara persiapan di Sao Ria (rumah adat), upacara utamany di pagi hari, dan syukuran di malam hari sambil menarikan tari kolosal khas suku Lio yang disebut gawi.

TIM PRODUKSI:
"Ketika Suku Lio Kembali ke Huma"; Syaiful Halim (Sutradara/Penulis Naskah); Teguh Prihantoro (Pengarah Fotografi/Kamerawan); Nanang Supriyani (Kamerawan); Syamsul Fajri (Penyunting Gambar);(Narator); M. Nur Ridwan & Budi Utomo (Penata Grafis); Ari WidagdoSuparyono (Periset). Diproduksi di Ende, Flores, NTT, pada 3 November – 6 Desember 2006. Ditayangkan di Program POTRET SCTV pada 24 Desember 2006.

NARASI ORISINAL:

MEA NOSI LEKA WANGGE MBETE//
KA RUE SAI BOBO WANGGE MBETE INA//
TEDO TEMBU WESA WELA/ GAGA BOO KEWI AE PENI NGE WESI NUWA WEE/
PATI DO KA INA TII DO RU’E INA/

WII SIA TEDO KEMA UMA RIA/
HOE SAI BEU-BEU RAGO SAI/
BEWA-BEWA ANA HE TEKUKU//

Silahkan leluhur Wangge Mbete menerima sajian kami.
Karena kebun-ladang sudah selesai kami tanam.
Kami juga berharap semoga seluruh keluargamu senantiasa sehat,
semua tanaman yang kami tanam tidak rusak,
hujan pun tak boleh kurang, dan semua burung pergi jauh-jauh.


SUKU LIO DI TANAH PERSEKUTUAN LISA TANA TELU DESA WOLOLELE A/ KABUPATEN ENDE/ NUSA TENGGARA TIMUR/ MASIH MEMELIHARA KERAMAHANNYA// SEBUAH UPACARA YANG DISEBUT SIMO ATA MANGULAO ATALA JALAWA/ SENANTIASA DIGELAR/ KETIKA MEREKA KEDATANGAN SEORANG TAMU DARI JAUH// DI ANTARA TARIAN WA’DO NGGO WANI/ MEREKA MENGALUNGKAN SELEMBAR KAIN TENUN KHAS ENDE/ YANG MEREKA NAMAKAN/ LUKA//

KERAMAHAN INI MERUPAKAN PERTANDA/ WARGA DESA INI MERIMA KAMI DENGAN SUKA CITA// KALI INI/ KAMI MENDAPAT KESEMPATAN UNTUK MENYAKSIKAN UPACARA PENANAMAN BIBIT PADI/ YANG DISEBUT TEDO PARE UMA NGGUA// PENGHORMATAN TERHADAP TAMU JUGA DISIMBOLKAN DENGAN PEMBERIAN SIRIH-PINANG/ ATAU PANEKA/ DAN MINUMAN KHAS SUKU LIO/ YANG DISEBUT MOKKE/ DI SAO RIA/ ATAU RUMAH ADAT//

DI TEMPAT INI/ KAMI JUGA MENYAKSIKAN UPACARA PATIKA ATAMATA/ YAKNI PERSEMBAHAN SESAJI KEPADA ROH LELUHUR WANGGE MBETE// MELALUI UPACARA INI/ MEREKA BERHARAP/ AGAR PARA LELUHUR JUGA MERESTUI KEHADIRAN KAMI/ SERTA SENANTIASA MEMBERIKAN KESELAMATAN SELAMA KAMI BERADA DI PEMUKIMAN INI// SAMBIL MENIKMATI MOKKE/ PELAKSANA RIA BEWA/ SOLOMON WEDA WANGGE/ BERCERITA BANYAK TENTANG KEHIDUPAN SUKUNYA//

DESA WOLOLELE A BERADA SEKITAR 80 KILOMETER DARI PUSAT KOTA ENDE/ DI TENGAH PULAU FLORES/ NUSA TENGGARA TIMUR// DESA INI BERADA DI TENGAH-TENGAH KAWASAN PERBUKITAN// KARENA ITU/ SUMBER KEHIDUPAN WARGA SEPENUHNYA BERGANTUNG PADA HUMA DAN HUTAN// SUKU LIO DI TEMPAT INI MEMANG TERMASUK KELOMPOK MASYARAKAT PELADANG// PERSISNYA/ PELADANG BERPINDAH// MEREKA MENEBANGI POHON-POHON DI BUKIT-BUKIT CURAM/ LALU MENGUBAHNYA MENJADI DERETAN HUMA// MEREKA BERCOCOK TANAM/ PERSIS SEPERTI YANG DILAKUKAN OLEH PARA LELUHURNYA DI MASA SILAM//

BEBERAPA DI ANTARA WARGA SUKU LIO DI DESA WOLOLELE A JUGA/ MASIH MELAKUKAN PERBURUAN/ UNTUK KEBUTUHANNYA SENDIRI// MISALNYA SAJA/ BERBURU MUSANG ATAU TIKUS//

KOMUNITAS SUKU LIO DI DESA WOLOLELE A JUGA/ MASIH MEMELIHARA KEASLIAN KONSEP PEMERINTAHAN TRADISIONALNYA// DESA WOLOLELE A MERUPAKAN PUSAT SELURUH KEGIATAN SUKU LIO/ YANG TERGABUNG DALAM TANAH PERSEKUTUAN LISA TANA TELU// KEPALA ADAT TERTINGGI DI TEMPAT INI DISEBUT RIA BEWA/ DAN DI TINGKAT YANG LEBIH RENDAH/ MEREKA MEMILIKI MOSALAKI/ BOGAHAGE/ BOGERIA/ HINGGA BOGELO’O/ SEBAGAI PENJAGA-PENJAGA KEGIATAN ADAT// DULU/ SUKU LIO MENYEBUT DU’A NGGAI SEBAGAI TUHAN YANG PATUT DISEMBAH// SETELAH RAJA LIO PERTAMA/ PIUS RASI WANGGE/ MEMPERKENALKAN AGAMA KATOLIK/ MEREKA PUN MEMILIKI KEYAKINAN BARU//

MESKI DEMIKIAN/ MEREKA TETAP MEMELIHARA KEBIASAAN-KEBIASAAN/ UNTUK MENGANGUNGKAN ROH PARA LELUHUR/ SEPERTI YANG DILAKUKAN OLEH NENEK MOYANGNYA DI MASA DULU// PENGAGUNGAN SUKU LIO DI DESA WOLOLELE A TERHADAP PARA LELUHURNYA/ TERLIHAT JELAS DARI RITUAL-RITUAL YANG DIGELAR// MEREKA SENANTIASA MENYIAPKAN SEEKOR DAGING BABI SEBAGAI MENU UTAMA/ UNTUK DIHIDANGKAN KEPADA ROH PARA LELUHUR DAN WARGA SENDIRI//

KHUSUS UNTUK TAMU YANG TIDAK MEMAKAN DAGING BABI/ MEREKA MENYIAPKAN SEEKOR AYAM ATAU KAMBING/ YANG MESTI DIPOTONG SENDIRI// MAKSUDNYA/ AGAR SANG TAMU TIDAK RAGU-RAGU TERHADAP KEHALALAN MAKANAN YANG DIHIDANGKAN//

DI SEBUAH LERENG BUKIT/ MAKSIMUS METE DAN KAWAN-KAWAN TENGAH MENYIAPKAN PUSAT UPACARA PENANAMAN BIBIT PADI UNTUK ESOK/ YANG DISEBUT KAWINI//

DI MALAM KEDUA/ KAMI MENGIKUTI UPACARA PATIKA ATAMATA SEBAGAI PERMOHON RESTU ATAS UPACARA TEDO PARE UMA NGGUA/ ATAU UPACARA MENANAM BIBIT PADI/ YANG AKAN DILAKUKAN ESOK// PELAKSANA RIA BEWA/ SOLOMON WEDA WANGGE/ MENGENAKAN PAKAIAN KEBESARAN SUKU LIO/ ATAU LAMBU GEBI/ DITEMANI OLEH MOSALAKI DAN PEMUKA ADAT LAINNYA// DI DEPANNYA/ BERAS MERAH DAN DAGING BABI TELAH TERHIDANG/ UNTUK DISANTAP BERSAMA-SAMA// SUKU LIO MEMANG DIKENAL SANGAT MENJUNJUNG TINGGI MAKNA KEBERSAMAAN// NAMUN/ ADAT-ISTIADAT TETAP DIJAGA// MISAL/ SOAL ATURAN MAKAN BERSAMA// KAUM PEREMPUAN DIPERBOLEHKAN MAKAN/ SETELAH KAUM LELAKI SELESAI BERSANTAP BERSAMA PELAKSANA RIA BEWA//

SETELAH ATABISA MENYAMPAIKAN BOSAWAGA/ ATAU MANTRA PERSEMBAHAN UNTUK ROH WANGGE MBETE/ IA JUGA MELAKUKAN RITUAL SERUPA UNTUK NITUPAI/ ATAU ROH HALUS YANG DIPERCAYA MENJAGA WARGA WOLOLELE A//

RITUAL MENGHIDANGKAN BERAS MERAH DAN DAGING BABI/ JUGA DILAKUKAN DI DEPAN SAO RIA// PERSISNYA DI SEBUAH TONGGAK YANG DISEBUT TANA WATU/ YANG DIPERCAYA SEBAGAI TEMPAT BERSEMAYAMNYA ROH PENJAGA BUMI//

SETELAH ITU/ ATABISA ATAU DUKUN INI PUN/ MENDATANGI MAKAM PARA LELUHUR LAINNYA// YAKNI/ BAPAK/ KAKEK/ DAN BUYUT/ DARI RIA BEWA SENDIRI// AKHIRNYA/ PUNCAK ACARA TEDO PARE UMA NGGUA/ ATAU UPACARA PENANAMAN BIBIT PADI PUN TIBA// SELURUH WARGA/ LELAKI ATAU PEREMPUAN MENGENAKAN PAKAIAN ADAT/ UNTUK MENGIKUTI UPACARA TAHUNAN INI//

DI DALAM RUMAH ADAT/ ATAU SAO RIA/ PELAKSANA RIA BEWA JUGA MELAKUKAN PERSIAPAN UPACARA// SELAIN MEMOHON RESTU KEPADA LELUHUR WANGGE MBETE/ MEREKA MENYIAPKAN BIBIT PADI LAKA GETE DAN PADI KEA TEKE MITE/ YANG DICAMPUR DENGAN PERHIASAN EMAS/ ATAU NGAWU GEWU WINI//

DARI BIBIT INI MEREKA BERHARAP BISA MEMPEROLEH HASIL PANEN MELIMPAH/ UNTUK BAHAN MAKANANNYA SELAMA SETAHUN/ TANPA TERGANGGU OLEH HAMA ATAU GANGGUAN ALAM//

SETELAH ITU/ PELAKSANA RIA BEWA DAN SELURUH WARGA DESA WOLOLELE A PUN BERSAMA-SAMA MENUJU LERENG BUKIT//

MENURUT KEPERCAYAAN SUKU LIO/ UPACARA TEDO PARE UMA NGGUA DILAKUKAN/ UNTUK MENGINGAT PENGORBANAN BOBI NOMBI/ YANG MENGIKHLASKAN NYAWANYA UNTUK ANAK-ANAKNYA// PENGORBANAN INI DILAKUKAN/ KARENA DIYAKINI/ DALAM TUBUH BOBI NOMBI TERKANDUNG BERBAGAI BIBIT PANGAN// LEBIH DARIPADA ITU/ UPACARA INI DILAKUKAN SEBAGAI KONSEP MENJAGA KESEIMBANGAN ANTARA MANUSIA DAN TUHANNYA/ ANTARA WARGA SUKU LIO DAN PARA LELUHURNYA/ ANTARA WARGA DESA WOLOLELE A DAN ALAM ITU SENDIRI//

NASI MERAH/ SIRIH-PINANG/ MOKKE/ DAN SEEKOR BABI/ ADALAH SAJIAN UTAMA UNTUK PERSEMBAHAN KEPADA BOBI NOMBI DAN PARA LELUHUR// SETELAH ITU/ MEANOSI/ ATAU PEMIMPIN UPACARA MENUTUP RITUAL MANTRA PERSEMBAHAN UNTUK BOBI NOMI DAN PARA LELUHUR/ PELAKSANA RIA BEWA MENGAJAK SELURUH WARGANYA UNTUK BERSANTAP BERSAMA// IKATAN KEBERSAMAAN DAN KERUKUNAN BEGITU TERASA DI TEMPAT INI//

SAAT SEORANG MOSALAKI MENYENANDUNGKAN NANGI NDALE/ WARGA PUN SATU PER SATU MENURUNI BUKIT DAN MULAI MENANAM// NANGI NDALE ADALAH NYANYIAN BERUPA RATAPAN ATAS KEMATIAN BOBI NAMBI/ YANG DIYAKINI SEBAGAI DEWI SRI-NYA WARGA SUKU LIO// UPACARA TEDO PARE UMA NGGUA/ BUKAN HANYA MENGAJARKAN WARGA SUKU LIO/ UTENTANG KONSEP KESEIMBANGAN ANTARA MANUSIA DAN YANG MAHA PENCIPTA/ ANTARA MANUSIA DAN PARA LELUHURNYA/ ATAU ANTARA MANUSIA DAN ALAM// NAMUN/ MELALUI UPACARA ATAU RITUAL ADAT/ MEREKA MEMPERLIHATKAN KEHARMONISAN HUBUNGAN ANTAR MANUSIA ITU SENDIRI//

DENGAN KONSEP KEPEMIMPINAN YANG TERPUSAT PADA SEORANG RIA BEWA/ MEREKA DIDIDIK UNTUK HIDUP RUKUN DAN MENJUNJUNG MAKNA KEBERSAMAAN// TANPA BERPIKIR SOAL MATERI ATAU KEINGINAN DUNIAWI YANG BERLEBIH// DAN/ MEREKA TERNYATA MENIKMATI MAKNA KERUKUNAN DAN KEBERSAMAAN ITU//

1 komentar:

Infiltrasi mengatakan...

Bro, saya senang anda peduli dengan budaya Suku Lio di Flores. Namun saya mau sampaikan hal yang terpenting dalam tulisan anda supaya bisa diperbaiki. Dalam Suku Lio Penguasa adat tertinggi hanya ada pada MosaLaki bukan Ria Bewa. Kata Mosalaki dan Riabewa ini hanya berdiri sendiri tidak dapat disandingkan seperti yang anda Tulis 'Mosalaki Ria Bewa' dalam Bahasa Lio kata Mosalaki Berarti Jantan Besar yang memiliki Hak dan kekuasaan yang Mutlak atas Wilayah Ulat Suku Lio. Sedangkan Riabewa berati Besar panjang artinya Dia hanya sebagai Panglima Perang dan tidak menguasai batas - batas tanah. Jadi Posisi Mosalaki adalah yang tertinggi. Jika anda ingin mengetahui lebih dalam, anda Bisa mengunjungi www.watuneso.blogspot.com
Thanks Bro...