Juni 20, 2007

ANAK-ANAK PULAU BERGURU DI MADRASAH DDI

Liburan Hari Maulid Nabi kemarin menjadi kesempatan dua siswa Madrasah Tsanawiyah Darud Dakwah wal Irsyad (DDI) Gusung, Makassar, untuk pulang ke kampung halamannya. Dengan menumpang sebuah perahu bermesin satu, Mihru bersiap-siap pulang ke Pulau Kapoposang dan Ani liburan ke Pulau Pandangan. Kedua pulau itu merupakan bagian dari gugusan Kepulauan Pangkep di perairan Selat Makassar.

Mihru dan Ani adalah dua dari puluhan siswa-siswi dari berbagai pulau di perairan Selat Makassar yang harus bersekolah di Makassar atau kota-kota lain, yang memiliki madrasah DDI. Kenapa harus madrasah DDI? Karena, ternyata ada ikatan ideologis antara warga di pulau tempat mereka bermukim dengan lembaga dakwah & pendidikan di Sulsel itu. Konon, dulu di tahun 40-an, para ulama DDI mengunjungi pulau-pulau kecil di perairan Selat Makassar untuk berdakwah dan mencerdaskan warga dengan wawasan keislaman.

DDI sendiri merupakan lembaga dakwah dan pendidikan yang memiliki sejarah panjang dalam perkembangan Islam di Sulsel. Sejak dirintis Anregurutta KH Abdur Rahman Ambo Dalle pada 1938 – melalui penganjian tradisionalnya – DDI terlibat dengan kancah poltik di Sulsel, sejak zaman penjajahan Belanda, Jepang, masa kemerdekaan, pemberontakan DI/TII, hingga orde baru. Satu fakta yang perlu dicatat, DDI seakan menjadi madrasah seribu pulau bagi warga di 117 pulau di perairan Selat Makassar.

“Madrasah Seribu Pulau” memperlihatkan perjalanan dua siswa Madrasah DDI saat kembali ke kampong halamannya, sedikit sejarah lembaga dakwah & pendidikan DDI, situasi di Pulau Kapoposan dan Pulau Pandangan, aktivitas nelayan, serta saat kembali ke Makassar.


TIM PRODUKSI:
“Madrasah Seribu Pulau”
; Syaiful Halim (Sutradara/Penulis Naskah); Dwi Nindyas Putra (Pengarah Fotografi/Kamerawan); Syamsul Fajri (Penyunting Gambar); Billy Soemawisastra (Narator); Asfriyanto & Suparyono (Periset); Tamrin Soppeng (Pendukung Produksi); Mihru & Ani (Talents). Diproduksi di Makassar, Barru, dan Pangkep, Sulsel, pada 28 Maret – 4 April 2007. Ditayangkan di Program POTRET SCTV pada 7 April 2007.


NARASI ORISINAL:
LAUTAN/ MEMECAH DARATAN MENJADI PULAU BESAR DAN PULAU-PULAU KECIL// DI ANTARA PULAU-PULAU KECIL NAN JAUH DARI KEHIDUPAN MODERN/ MASYARAKATNYA HIDUP DALAM KESEDERHANAAN// MENGARUNGI LAUT UNTUK BERNELAYAN ADALAH SALAH SATU BENTUK KEHIDUPAN NYATA WARGA DI PULAU TERPENCIL// NAMUN/ MEREKA PUN MEMELIHARA KEINGINAN/ UNTUK MENCERDASKAN ANAK-ANAKNYA// YAKNI/ DENGAN MENGIRIMKANNYA KE PULAU-PULAU LAIN UNTUK BELAJAR// PERSISNYA/ DI MADRASAH SERIBU PULAU//

DERMAGA TRADISIONAL PAOTERE/ DI PESISIR KOTA MAKASSAR/ SULAWESI SELATAN/ MASIH MEMPERLIHATKAN GELIAT KETIKA PAGI DATANG// DERMAGA INI MEMANG MERUPAKAN GERBANG ANTARA KOTA MAKASSAR DAN PERAIRAN SELAT MAKASSAR/ DENGAN RATUSAN PULAU-PULAU KECIL DI TENGAHNYA// SELAIN DIRAMAIKAN OLEH PARA NELAYAN YANG BERDATANGAN UNTUK MENJUAL IKAN TANGKAPANNYA/ JUGA TERDAPAT KAUM IBU YANG BERNIAT BERBELANJA// TERLEBIH LAGI/ AWAL APRIL INI MEREKA BERSIAP-SIAP MENGHADAPI PERAYAAN HARI KELAHIRAN NABI MUHAMMAD// SEHINGGA/ MEREKA PUN HARUS MEMBORONG SEGALA KEBUTUHAN UNTUK PERAYAAN TAHUNAN ITU//

MASA LIBURAN HARI MAULID DI AKHIR MARET ITU/ JUGA MENJADI KESEMPATAN BERHARGA BAGI MIHRU DAN ANI// KARENA/ MEREKA MEMILIKI KESEMPATAN UNTUK PULANG KE KAMPUNG HALAMANNYA NUN JAUH DI SEBERANG PULAU// MIHRU BERASAL DARI PULAU KAPOPOSAN/ SEDANGKAN ANI BERASAL DARI PULAU PANDANGAN// KEDUA PULAU ITU MERUPAKAN BAGIAN DARI GUGUSAN KEPULAUAN PANGKEP//

SELAMA DUA TAHUN INI/ MIHRU DAN ANI HARUS TERPISAH JAUH ORANGTUANYA/ KARENA MEREKA HARUS BERSEKOLAH DI MAKASSAR// KEDUANYA ADALAH SISWA MADRASAH TSNAWIYAH DARUD DAKWAH WAL IRSYAH/ ATAU D-D-I GUSUNG/ DI KAWASAN PAOTERE/ MAKASSAR// MEREKA ADALAH DUA DARI PULUHAN/ BAHKAN RATUSAN SISWA/ DARI PULAU-PULAU TERPENCIL DI PERAIRAN SELAT MAKASSAR/ YANG HARUS BERSEKOLAH KE MAKASSAR ATAU KOTA-KOTA LAIN// UNIKNYA/ SEBAGIAN BESAR DARI MEREKA MEMILIH SEKOLAH YANG DENGAN LABEL D-D-I//

MADRASAH ATAU SEKOLAH YANG MENGGUNAKAN NAMA DARUD DAKWAH WAL IRSYAD/ ATAU D-D-I/ SEBENARNYA BUKAN HANYA ADA DI KAWASAN PAOTERE/ MAKASSAR// NAMUN/ HAMPIR DI SELURUH KOTA-KOTA DI SULAWESI SELATAN// DAN SEKOLAH-SEKOLAH ITU MEMANG MEMILIKI KETERKAITAN DENGAN ALUMNUS PONDOK PESANTREN ATAU SEKOLAH D-D-I/ YANG BERPUSAT DI KAWASAN MANGKOSA DI KABUPATEN BARRU// PADA AKHIRNYA/ PENGGUNAAN NAMA D-D-I ITU MENJADI DAYA-TARIK BAGI WARGA DI GUGUSAN KEPULAUAN PANGKEP/ UNTUK MENYEKOLAHKAN ANAK-ANAKNYA DI TEMPAT SEPERTI INI// TERMASUK JUGA/ MIHRU DAN ANI//

UNTUK MENCAPAI KAMPUNG HALAMAN MIHRU DAN ANI DARI KOTA MAKASSAR/ PALING TIDAK DIBUTUHKAN WAKTU SEKITAR LIMA JAM// ITU PUN BILA KEADAAN CUACA TENGAH BERSAHABAT// BILA SEBALIKNYA/ MAKA MEREKA SINGGAH DI PULAU-PULAU TERDEKAT/ ATAU MELANJUTKAN PERJALANAN DENGAN KECEPATAN YANG LEBIH LAMBAT// JANGAN BERPIKIR TENTANG KENYAMANAN/ KETIKA MIHRU DAN ANI HARUS MENUMPANG PERAHU MILIK SEORANG WARGA PULAU KAPOPOSANG INI// KARENA/ ITU MEMANG MENJADI BARANG MAHAL//

KARENA MENUMPANG/ MAKA MIHRU DAN ANI HARUS IKHLAS BERADA DI ANTARA PARA PENUMPANG LAIN/ YANG MEMBAWA TUMPUKAN BARANG BELANJAANNYA// BELUM LAGI DERU SUARA MESIN YANG MEMEKAKKAN TELINGA/ SERTA SIRAMAN ANGIN LAUT DAN AIR ASIN/ YANG KERAP HARUS DITERIMA// KARENA JARAK JAUH DAN KESULITAN TRANSPORTASI/ MEMBUAT MEREKA TIDAK BISA SETIAP WAKTU BISA PULANG KE RUMAHNYA// PULANG KAMPUNG HANYA BISA DILAKUKAN/ KETIKA MASA LIBURAN PANJANG TIBA/ ATAU ADA MOMEN BESAR SEMACAM PERAYAAN MAULID NABI//

SEKITAR LIMA JAM PERJALANAN AIR/ DI ANTARA KETIDAKNYAMANAN DAN TANTANGAN ALAM/ MENJADI HAL YANG BIASA BAGI MIHRU DAN ANI// DAN SEMUA ITU BISA TERBALAS/ KETIKA KAKI MEREKA MENYENTUH PASIR PUTIH PULAU KELAHIRANNYA// KARENA DENGAN BEGITU/ MEREKA BISA SEGERA MENEMUI ORANG-ORANG YANG DIKASIHINYA//

PULAU KAPOPOSAN BERADA DI SEBELAH SELATAN PULAU SULAWESI// NAMUN/ SECARA ADMINISTRASTIF/ PULAU INI MENJADI BAGIAN DARI KABUPATEN PANGKEJENE DAN KEPULAUAN// LUASNYA SEKITAR 50 RIBU HEKTAR/ DENGAN POPULASI SEKITAR 300 JIWA// SEHINGGA/ PULAU INI TERLIHAT LENGGANG// SEBAGIAN BESAR PENDUDUKNYA ADALAH NELAYAN// MEREKA MANFAATKAN HASIL LAUT SELAT MAKASSAR/ UNTUK KEBUTUHAN SENDIRI ATAU DIJUAL KE KOTA MAKASSAR// SELAIN BERNELAYAN/ ADA JUGA WARGA YANG MENJADI PEMBUAT PERAHU//

AYAH MIHRU/ BAHRUDIN/ MISALNYA// IA DIKENAL SEBAGAI PEMBUAT PERAHU DI PULAU KAPOPOSAN// HAMPIR SELURUH PERAHU MILIK WARGA DI PULAU INI DIBUAT OLEHNYA//

SELAIN SEKOLAH DASAR/ TUMPUKAN PENDIDIKAN DI TEMPAT INI ADALAH TAMAN PENGAJIAN AL-QUR’AN MILIK MUHAMMAD NUR// SANG USTAD SENDIRI/ TERNYATA JUGA ALUMNUS PONDOK PESANTREN D-D-I DI KAWASAN MANGKOSA/ KABUPATEN BARRU// DI TEMPAT INI/ KITA MASIH BISA MENDENGAR CARA MENGEJA BACAAN AL QUR’AN YANG KHAS BUGIS//

PULAU KAPOPOSAN HANYA MEMILIKI SATU SEKOLAH DASAR// SEHINGGA/ KETIKA ADA SISWA YANG LULUS SD/ MAKA HARUS BERSEKOLAH KE TEMPAT LAIN// DAN BIASANYA/ PARA ORANTUA MEMILIH MADRASAH DARUD DAKWAH WAL IRSYAD DI KOTA MAKASSAR ATAU BARRU// KEBERADAAN MADRASAH-MADRASAH BERLABEL DARUD DAKWAH WAL IRSYAD/ ATAU D-D-I/ TIDAK BISA DIPISAHKAN DARI NAMA ANREGURUTTA KIYAI HAJI ABDUR RAHMAN AMBO GALLE// SEBUTAN ANREGURUTTA BERMAKNA GURU KITA/ YANG BIASA DISEMATKAN PADA TOKOH ULAMA YANG DIANGGAP BERPENGARUH//

SEBELUMNYA/ LEMBAGA DAKWAH DAN PENDIDIKAN INI BERNAMA MADRASAH ARABIYAH ISLAMIYAH/ YANG POLA PENGAJARANNYA BERGAYA SOROGAN/ ATAU MENGAJI DENGAN DUDUK BERSILA// PADA 1947/ NAMANYA BERUBAH MENJADI DARUD DAKWAH WAL IRSYAD/ YANG MENGISYARATKAN PERUBAHAN POLA PENDIDIKAN SEPERTI SEKOLAH/ SERTA MENGGENCARKAN UPAYA PENCERDASAN BANGSA DENGAN BERDAKWAH// SAAT ITU/ PARA DA’I DAN PENDIDIK D-D-I BERKUNJUNG KE PULAU-PULAU KECIL DI SEKITAR SULAWESI/ UNTUK MEMBUKA MATA DAN MENCERDASKAN WARGA TERASING ITU DARI KEBODOHAN//

SETELAH BERMALAM DI PULAU KAPOPOSAN/ MIHRU DAN ANI KALI INI MENGUNJUNGI KAMPUNG HALAMAN ANI DI PULAU PANDANGAN// MEREKA MEMBUTUHKAN WAKTU SEKITAR SATU JAM/ UNTUK MENGARUNGI PERJALANAN AIR DARI PULAU KAPOPOSAN KE PULAU PANDANGAN// BILA KEMARIN/ ANI YANG MENGINAP DI RUMAH MIHRU/ MAKA KALI INI GANTI MIHRU YANG AKAN MENGINAP DI RUMAH ANI//

LUAS PULAU PANDANGAN TIDAK JAUH BERBEDA DENGAN PULAU KAPOPOSAN/ YAKNI SEKITAR 50 RIBU HEKTAR// NAMUN/ PULAU PANDANGAN MEMILIKI POPULASI LEBIH PADAT// SAAT INI/ PULAU DIMUKIMI OLEH SEKITAR 1300 JIWA//

SEBAGIAN BESAR WARGANYA BEKERJA SEBAGAI NELAYAN// NAMUN/ DI DERMAGA PULAU INI/ JUGA TERDAPAT PARA NELAYAN YANG MEMBUAT PERAHU// KESEMARAKAN BEGITU TERASA DI PULAU INI//

MESKI MEMILIKI PENDUDUK YANG PADAT/ DI TEMPAT INI PUN HANYA ADA SATU SEKOLAH DASAR// SEHINGGA/ KETIKA MEREKA LULUS/ MAKA HARUS MELANJUTKAN PENDIDIKANNYA DI TEMPAT LAIN// TERMASUK/ MADRASAH-MADRASAH DARUD-DAKWAH WAL IRSYAD DI KOTA-KOTA DI PULAU SULAWESI//

PULAU PANDANGAN BUKAN HANYA DIMUKIMI OLEH SUKU BUGIS/ TAPI JUGA SUKU-SUKU LAIN// TERMASUK/ SUKU BAJO// DAN/ SALAH SATUNYA ADALAH SALENRANG// IA ADALAH SATU-SATU ORANG BAJO DI PULAU PANDANGAN// IA BERASAL DI KAWASAN BOMBANA/ SULAWESI TENGGARA// IA MENJADI MENONJOL DI PULAU INI/ KARENA IA DIKENAL MEMILIKI KETERAMPILAN MELAUT YANG LUAR BIASA//

SETIAP HARI/ KAKEK BERUSIA HAMPIR 80 TAHUN INI BERJALAN DENGAN PERAHU DAYUNG MENUJU PERAIRAN SELAT MAKASSAR// DENGAN KEMAMPUAN BERENANG/ MENYELAM/ DAN MEMBURU HEWAN LAUTNYA/ IA SEAKAN MEMPERLIHATKAN KEHANDALANNYA SEBAGAI WARGA SUKU LAUT// WARGA SETEMPAT SERING MELIHATNYA BERMAIN-MAIN DENGAN PENYU/ ATAU SISSI/ YANG DITANGKAPNYA DI DASAR LAUT// SETELAH ITU/ SANG HEWAN DILEPASNYA// ATAU KALAUPUN IA MENDAPAT BEBERAPA EKOR/ IKAN-IKAN JUSTRU DIBAGI-BAGIKANNYA KE WARGA LAIN//

NAMUN DI LUAR SALENRANG/ WARGA DI PULAU PANDANGAN INI PUN MEMANGDIKENAL SEBAGAI NELAYAN-NELAYAN YANG TERAMPIL// MEREKA MEMBURU GURITA/ MENJALA IKAN CAKALANG/ DAN MEMANFAATKAN HEWAN-HEWAN LAUT LAIN SEBAGAI MATA PENCAHARIANNYA// SETELAH ITU/ MEREKA MENJUALNYA KE KOTA MAKASSAR//

DENGAN SUMBER NAFKAH YANG TELAH DIJAMIN OLEH ALAM INI/ MEREKA PUN MAKIN MEMILIKI KEMAMPUAN UNTUK MENCERDASKAN ANAK-ANAKNYA// MEREKA MENJADI TIDAK PUAS/ DENGAN PENDIDIKAN YANG HANYA SEKEDAR SEKOLAH DASAR// NAMUN/ ANAK-ANAK MEREKA PUN BANYAK TELAH MENYELESAIKAN PENDIDIKAN DI PERGURUAN TINGGI// INILAH SALAH SATU BUAH YANG DIPETIK DARI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN YANG DILAKUKAN OLEH PARA ULAMA DARUD DAKWAH WAL IRSYAD TEMPO DULU//

KINI/ DARUD DAKWAH WAL IRSYAD BUKAN SEKEDAR PONDOK PESANTREN ATAU PENGAJIAN SOROGAN/ ATAU MENGAJI SAMBIL BERSILA// LEMBAGA YANG DIBANGUN ANREGURUTTA KIYAI HAJI ABDUR RAHMAN AMBO DALLE/ YANG TUMBUH-KEMBANGNYA JUGA DIGONCANG BERBAGAI KEPENTINGAN POLITIK/ KINI MAKIN BERKEMBANG DENGAN KIPRAH PENDIDIKANNYA// SEBAGAI MADRASAH SERIBU PULAU/ YAKNI SEKOLAH YANG BERHASIL MENAMPUNG DAN MENDIDIK PARA SISWA DARI BERBAGAI PULAU DI SULAWESI/ MEMILIKI LOKASI PENDIDIKAN DI BERBAGAI KOTA// DENGAN BEGITU/ RATUSAN SISWA DARI BERBAGAI PULAU PUN BISA MENIKMATI UPAYA PENCERDASAN BANGSA INI//

AKHIRNYA/ MASA BERLIBUR INI PUN HABIS SUDAH// DUA HARI BERADA DI KAMPUNG HALAMAN/ MEMANG TIDAK BISA MEMBAYAR KERINDUAN YANG TERPENDAM// NAMUN/ MIHRU DAN ANI HARUS BERGEGAS KEMBALI KE KOTA MAKASSAR// KARENA/ DI KOTA ITULAH/ MEREKA BISA MENDAPATKAN PENGETAHUAN DAN WAWASAN/ YANG KELAK BISA DIKEMBANGKAN DI PULAUNYA//

SIANG ITU/ SETELAH HUJAN DERAS MENGGUYUR PULAU PANDANGAN/ MEREKA PUN MENINGGALKAN PULAU// KALI INI/ MIHRU DAN ANI HARUS MENUMPANG JOLORO/ YAKNI PERAHU KECIL BERMESIN SATU// PERAHU YANG HANYA DIPAYUNGI TENDA PLASTIK SEKEDARNYA MENJADI SATU-SATUNYA KENDARAAN YANG AKAN MENGANTAR KEDUANYA KE KOTA MAKASSAR// KARENA ITU/ TERPAAN PANAS MATAHARI/ ANGIN/ ATAU AIR LAUT/ MENJADI BAGIAN YANG TAK TERPISAHKAN DARI PERJALANAN INI//

MEREKA HANYA BERHARAP/ SEMOGA SAJA TIDAK ADA BADAI ATAU HUJAN DERAS DI TENGAH LAUT NANT// SEHINGGA/ MEREKA BISA KEMBALI DENGAN SELAMAT DAN MENIKMATI KEMBALI BANGKU SEKOLAH DI MADRASAH SERIBU PULAU/ DENGAN KECERIAAN// INILAH POHON YANG TENGAH MEREKA TANAM/ UNTUK MASA DEPANNYA DAN MASA DEPAN WARGA DI PULAUNYA//

Tidak ada komentar: