Juni 20, 2007

SUKU TALANG MAMAK DI TAMAN NASIONAL BUKIT 30

(Foto: Istimewa)


Jauh di tengah perbukitan Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Jauh di tengah belantara dan terpisah dari peradaban kota, persis di antara provinsi Riau dan Jambi, sekelompok warga suku Talang Mamak mendiami sebuah tempat. Dusun Datai, namanya.

Ekspedisi Tim Potret kali ini mencoba menyusuri wilayah Bukit 30 di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Dimulai dari Kota Rengat, Indragiri Hilir, hingga Kawasan Simpang Pendowo. Dari pinggiran kawasan Taman Nasional Bukit 30 itu, Tim Ekspedisi harus menggunakan mobil berganrdan ganda untuk melintasi jalanan eks pembalakan. Perjalanan sekitar enam jam itu berakhir di sebuah jalan, yang ditutupi pohon-pohon tumbang. Maka, perjalanan untuk mencapai Simpang Datai pun harus dilakukan dengan berjalan kaki. Bahkan, kami harus membangun tenda beberapa kilometer sebelum Simpang Datai.

Perjalanan dilanjutkan kembali keesekoan harinya, dalam suasana kesulitan air minum dan sengat matahari yang begitu terasa. Perjalanan sekitar delapan jam, berakhir di Dusan Datai dan mendapati kesahajaan warga suku Talang Mamak. Inilah warga suku Talang Mamak yang masih menjaga kesahaajaan adapt-istiadatnya. Mereka menganut agama adat, berbahasa Melayu Tua, dan hidup sepenuhnya bergantung pada hasil hutan.

Sehari berada di tempat terpencil ini memberikan suatu bukti, mereka warga adapt terpencil yang masih mempertahankan adapt-istiadatnya. Sisi lain, mereka juga merasa membutuhkan pendidikan dan bantuan kesehatan untuk anak-anaknya. Penelitian di Dusun Datai menghasilkan temuan soal prinsif hidup, cara hidup, dan problema sosialnya.

Pada akhirnya, perjalanan berakhir dengan menggunakan rakit dari Dusun Datai di perbatasan dua provinsi hingga Desa Rantau Langsat, Kawasan Seberida, Indragiri Hulu, yang harus ditempuh selama dua hari! Perjalanan mengasyikkan namun melelahkan mewarnai proses filming terakhir.

TIM PRODUKSI:
“Kesahajaan Suku Talang Mamak”;
Syaiful Halim (Sutradara/Penulis Naskah); Teguh Prihantoro (Pengarah Fotografi/Kamerawan); Syamsul Fajri (Penyunting Gambar); Billy Soemawisastra (Narator); M. Nur Ridwan & Budi Utomo (Penata Grafis); Ari Widagdo (Penata Musik); Asfriyanto, Suparyono, dan Mangara Silalahi (Periset); Riki Apriandi, Rizki Kurniawan, Hidayat, Warhi Akhri, Nori Harmein, Sukar dkk., serta Edward dkk. (Pendukung Produksi/Talent). Diproduksi di Indragiri Hilir, Riau, pada 31 Mei - 9 Juni 2006. Ditayangkan di Program POTRET SCTV pada 29 Juli 2006.

NARASI ORISINAL:
JAUH DI TENGAH PERBUKITAN DAN BELANTARA/ JAUH DARI PERABAN KOTA DAN MODERNITAS/ SUKU TALANG MAMAK DUSUN DATAI MASIH MENYIMPAN KESAHAJAANNYA// MEREKA MASIH MEMEGANG TEGUH ADAT-ISTIADAT PARA LELUHUR/ MEREKA MASIH GANTUNGKAN HIDUP PADA KEARIFAN ALAM/ DAN MEREKA BERTEKAD/ UNTUK TERUS MEMELIHARA KESUKUANNYA//


PERJALANAN MELINTASI TRANS TIMUR BERAKHIR DI KAWASAN SIMPANG PENDOWO/ YANG MENJADI PERBATASAN DENGAN KAWASAN CAGAR ALAM INDRAGIRI HILIR// MAKA/ PERJALANAN MELINTASI JALANAN YANG DULU DIGUNAKAN PARA PEMBALAK PUN DIMULAI// PILIHAN MENGGUNAKAN JALANAN YANG HANYA BISA DILINTASI KENDARAAN BERGARDAN-GANDA INI HARUS DILAKUKAN/ KARENA MERUPAKAN SATU-SATUNYA CARA UNTUK MENCAPAI DUSUN DATAI/ DI DALAM WILAYAH TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH// DAN/ INI MERUPAKAN PILIHAN TERBAIK KAMI/ BILA DIBANDINGKAN HARUS BERJALAN KAKI SEKITAR 30 KILOMETER// KARENA/ DISAMPING HARUS MELEWATI JALAN BERBUKIT/ SUHU UDARA DI TEMPAT INI CUKUP TINGGI/ DAN SUMBER AIR SULIT DIDAPAT// SEHINGGA/ ANCAMAN DEHIDRASI DAN KELELAHAN AKAN MEMBAYANGI PERJALANAN TANPA KENDARAAN BERODA-EMPAT//


SUKU TALANG MAMAK MERUPAKAN SATU DARI SUKU-SUKU TERASING/ YANG MENDIAMI WILAYAH TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH/ DI PERBATASAN PROVINSI RIAU DAN JAMBI// SUKU INI TERGOLONG PROTO MELAYU/ ATAU MELAYU TUA// SAAT INI/ POPULASI MEREKA SEKITAR 6500 JIWA/ DAN SEKITAR 900 JIWA DI ANTARANYA BERMUKIM DI DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL//


WARGA SUKU TALANG MAMAK KERAP MENYEBUT DIRINYA SUKU TAHA/ ATAU KERAP JUGA MENYEBUT SEBAGAI LANGKAH LAMA// MEREKA MENYEBUTKAN ADAT TALANG MAMAK SEBAGAI KEPERCAYAAN// DAN/ MEREKA AKAN MENYEBUTKAN SUKU MELAYU ATAU LANGKAH BARU BAGI WARGA SUKU TALANG MAMAK/ YANG MENGANUT AGAMA DI LUAR KEPERCAYAANNYA//


PERJALANAN DENGAN KENDARAAN BERGARDAN-GANDA HARUS BERAKHIR/ KETIKA KAMI MENJUMPAI TUMBANGAN POHON-POHON BESAR SEPANJANG SEKITAR SATU KILOMETER// KAMI PUN MEMUTUSKAN UNTUK BERISTIRAHAT DI KAWASAN CAGAR ALAM MILIK PEMDA INDRAGIRI HILIR INI// SETELAH MENIKMATI MAKAN SIANG YANG TERLAMBAT/ PERJALANAN PUN KAMI LANJUTKAN DENGAN BERJALAN KAKI// INI MERUPAKAN SATU-SATUNYA CARA/ UNTUK MELINTASI JALAN BEKAS PEMBALAKAN YANG TELAH TERTUTUPI POHON TUMBANG//


SEMULA KAMI MENDUGA/ TUMBANGAN POHON INI MERUPAKAN REAKSI KEMARAHAN WARGA SUKU TALANG MAMAK ATAS KEHADIRAN PARA PEMEGANG HPH ATAU PENDATANG LAINNYA// BELAKANGAN/ KAMI TAHU/ POHON-POHON INI SENGAJA DITUMBANGKAN OLEH PEMILIK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT/ YANG SEBENTAR LAGI AKAN MENGUASAI KAWASAN INI// NAMUN MENURUT PARA MAHASISWA JURUSAN SOSIOLOGI/ UNIVERSITAS RIAU/ YANG MENYERTAI EKSPEDISI KALI INI/ SUKU TALANG MAMAK SANGAT RAMAH TERHADAP SIAPAPUN// SEHINGGA/ MUSTAHIL MEREKA MERUSAK HUTAN/ HANYA UNTUK MENGUMBAR KEKESALANNYA// BAHKAN/ REAKSI KEMARAHAN ATAS PERLAKUAN SEMENA-MENA PIHAK LUAR TERHADAP HUTAN MEREKA PUN/ JUSTRU MEREKA LAWAN DENGAN CARA/ MEMINDAHKAN LOKASI PEMUKIMANNYA KE TEMPAT LAIN// PADAHAL/ MEREKA BUKANLAH KELOMPOK NOMADEN//


PERJALANAN MENUJU DUSUN DATAI/ UNTUK MENJUMPAI KEHIDUPAN SUKU TALANG MAMAK-NYA/ KALI TERHENTI SAAT MALAM MENYERGAP// HAL INI KAMI LAKUKAN/ TENTU SAJA/ UNTUK MENGINDARI ANCAMAN HEWAN BUAS SEMACAM HARIMAU SUMATERA/ YANG MENJADIKAN KAWASAN INI SEBAGAI HABITATNYA//

BERISTIRAHAT SELAMA SEMALAMAN MEMBUAT RASA PENAT KAMI/ PERLAHAN-LAHAN SIRNA// MAKA/ PERJALANAN MENAPAKI JALANAN YANG DULU DIGUNAKAN PARA PEMBALAK/ KEMBALI KAMI LANJUTKAN//


DARI LOKASI PERKEMAHAN/ PALING TIDAK KAMI HARUS BERJALAN SEKITAR TIGA JAM/ UNTUK MENCAPAI SIMPANG DATAI// LOKASI ITU MERUPAKAN PERBATASAN ANTARA CAGAR ALAM INDRAGIRI HILIR DAN TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH//


BERADA DI LAHAN BEKAS PEMILIK HPH BUKANLAH HAL YANG MENYENANGKAN// DENGAN PEPOHONAN YANG BELUM LAGI BESAR/ MEMBUAT SUHU UDARA DI TEMPAT INI BEGITU MENYENGAT// DAMPAK LINGKUNGAN INI/ TENTU LEBIH BANYAK DIRASAKAN OLEH WARGA SUKU TALANG MAMAK ATAU SUKU-SUKU TERASING LAIN/ YANG BERMUKIM DI WILAYAH INI// NAMUN/ SIAPA YANG AKAN MEMPEDULIKAN KELUHAN MEREKA?//


SUKU TALANG MAMAK TERAMAT LEKAT DENGAN HUTAN// BAHKAN/ MEREKA KERAP MENYEBUT DIRINYA DENGAN ISTILAH/ AWAK URANG UTAN// HAL INI TERJADI/ KARENA SEMUA KEBUTUHAN HIDUP DAN PERLENGKAPAN SEHARI-HARI MEMANG DIDAPAT DARI HUTAN// KARENA ITU/ MEREKA MENJADI KELOMPOK MASYARAKAT YANG PALING TERUSIK/ KETIKA HASIL HUTAN DIKURAS OLEH PARA PEMEGANG HPH// AKIBAT YANG PALING TERASA/ MEREKA SULIT MEMPERTAHANKAN KONSEP BERLADANG BERINGSUT/ YANG BERLANDASKAN TERJAGANYA KESEIMBANGAN ALAM//


MEMASUKI WILAYAH TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH/ BENAR-BENAR MEMBAWA KAMI KE WILAYAH YANG SEPERTI TIDAK PERNAH TERSENTUH// SEMAK-BELUKAR MEMADATI KIRI-KANAN JALAN SETAPAK// PRASARANA INILAH YANG DIGUNAKAN WARGA SUKU TALANG MAMAK UNTUK MENCAPAI DUNIA LUAR/ SELAIN MENGGUNAKAN JALUR AIR// PERJALANAN MELINTASI HUTAN/ YANG DIBALUT CUACA PANAS INI/ MEMBUTUHKAN WAKTU SEKITAR ENAM JAM UNTUK MENCAPAI LOKASI TUJUAN/ YAKNI DUSUN DATAI//


HARI PERTAMA DI DUSUN DATAI/ DESA RENGAT/ INDRAGIRI HULU/ KAMI MENDAPATI DUSUN YANG TIDAK TERLALU RAMAI// KAUM LELAKI DI DUSUN INI UMUMNYA PERGI KE LADANG ATAU HUTAN/ UNTUK MENCARI JERNANG ATAU GAHARU// WARGA SUKU TALANG MAMAK DI DUSUN DATAI MEMANFAATKAN HASIL HUTAN/ UMUMNYA UNTUK KEBUTUHAN SENDIRI// BILA KEBUTUHAN SENDIRI TELAH TERPENUHI/ BARULAH MEREKA MEMBAWANYA KE DESA LAIN/ UNTUK DITUKARKAN DENGAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI/ SEMACAM GARAM/ MINYAK/ ATAU LAUK-PAUK//


MESKI MEREKA MENGGANTUNGKAN HIDUPNYA PADA HUTAN/ MEREKA PERCAYA/ ADA BAGIAN-BAGIAN TERTENTU DARI WILAYAH INI/ YANG HARUS DIPELIHARA// INILAH KONSEP KESEIMBANGAN/ YANG MENYATUKAN SUKU TALANG MAMAK DAN HUTAN// DI DUSUN DATAI/ KAMI JUGA MENDAPATI PAK KATAK YANG MERUPAKAN KEPALA DUSUN DAN KEMANTAN/ ATAU DUKUN//


DUA HARI DI DUSUN DATAI/ SETELAH MENEMPUH PERJALANAN JAUH SELAMA DUA HARI DARI KOTA RENGAT/ INDRAGIRI HULU/ BUKAN HANYA MEMPERTEMUKAN KAMI DENGAN PAK KATAK DAN WARGA SUKU TALANG MAMAK LAINNYA// NAMUN KAMI JUGA DUA MASALAH UTAMA DI DUSUN DATAI/ YAKNI PENDIDIKAN DAN KESEHATAN// PAK KATAK PERNAH BERTUTUR BAHWA DUSUNNYA MEMANG MEMBUTUHKAN GURU// TAPI SIAPA YANG SUDI MENDATANGI DUSUN NUN JAUH DI TENGAH PERBUKITAN INI//


KETIKA PAK KATAK MENGAJAK KAMI MELIHAT AREAL PEMAKAMAN UMUM DI DUSUN INI/ KAMI JUGA MENDAPATKAN CATATAN TENTANG TINGGINYA KEMATIAN BALITA DI KALANGAN SUKU TALANG MAMAK// TIDAK ADANYA KEGIATAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN/ BISA JADI/ MERUPAKAN PEMANDANGAN BIASA BAGI WARGA DI DAERAH-DAERAH TERPENCIL// KHUSUS UNTUK SUKU TALANG MAMAK DI DUSUN DATAI/ MESTINYA/ HAL ITU TIDAK LAGI MENJADI KELUHAN RUTIN MEREKA//


KARENA/ MESKI TERISOLIR DARI DUNIA LUAR/ LOKASI PEMUKIMAN MEREKA MASIH BISA DAN SERING DIDATANGI PIHAK LAIN// BAHKAN/ SEBUAH LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT MENJADIKAN DUSUN DATAI SEBAGAI LOKASI WISATA BAGI ISATAWAN ASING// BAHKAN/ SEBUAH KELOMPOK MISIONARIS SEMPAT MENDIRIKAN GEREJA DAN SEKOLAH DARURAT DI TEMPAT ITU// LUCUNYA/ ADA UPAYA AGAR MEREKA TERUS HIDUP KEBODOHAN DAN TIDAK SEHAT//

1 komentar:

tH mengatakan...

bulan ini saya dan teman teman saya akan melakukan ekspedisi singkat ke taman nasional bukit tigapuluh. kami akan ada di lokasi selama 1 bulan dan jika tidak ada halangan akan ke suku talang mamak juga. penjelasan yg cukup bikin penasaran. saya ingin melihat langsung