Juni 20, 2007

ORANG BUGIS DI PULAU SERANGAN

(Foto: Istimewa)

Pulau Serangan di sebelah selatan Pulau Bali, bukan hanya merupakan miniatur Pulau Dewata dengan keindahan alam dan kehidupan adatnya. Namun, Pulau Serangan juga merupakan cermin kerukunan dan kebersamaan warga berbeda suku dan agama. Bahkan, di antara desa-desa adat (pakraman), juga terdapat komunitas muslim dari Suku Bugis. Mereka bermukim di sebuah perkampungan bernama Kampung Bugis, diapit desa-desa adat lain yang umumnya orangBali dan beragama Hindu.

Menariknya Kampung Bugis dibandingkan komunitas non-lokal lainnya adalah karena warganya memiliki catatan sejarah yang panjang. Diduga, nenek moyang mereka datang dari Gowa, Sulawesi Selatan, sektar abad ke-17. Mereka meninggalkan Celebes, setelah Kerajaan Gowa dikuasai Belanda dan memberlakukan aturan ketat terrhadap kehidupan maritim mereka.

Tiba di Pulau Serangan, mereka diterima Raja Badung dan membawa pihak kerajaan saat berperang melawan laskar Mengwi. Atas jasanya mendukung Kerajaan Badung, Ida Cokorda Pecutan memberikan lahan di Pulau Serangan. Hingga kini, mereka kawin-mawin dengan suku pendatang lainnya. Namun, tradisi Islam yang ditanamkan Syekh Haji Mukmin – seperti kirab Al-Qur’an pada tanggal 9 Muharram dan pembacaan Kitab Diba usai shalat Idul Fitri – terus dipertahankan.

TIM PRODUKSI:
“Orang Bugis di Pulau Serangan”;
Syaiful Halim (Sutradara/Penulis Naskah); Teguh Prihantoro (Pengarah Fotografi/Kamerawan); Syamsul Fajri (Penyunting Gambar); Billy Soemawisastra (Narator); M. Nur Ridwan & Budi Utomo (Penata Grafis); Ari Widagdo (Penata Musik); Suparyono (Periset); Wayang Bewok (Pendukung Produksi); M. Mansyur, Usman, dan Ali (Narasumber/Talent). Diproduksi di Pulau Serangan, Bali, pada 22–28 Desember 2006. Ditayangkan di Program POTRET SCTV pada 6 Januari 2007.

NARASI ORISINAL:
PULAU PENYU/ ATAU PULAU SERANGAN/ SEBELAH SELATAN PULAU BALI/ BUKAN HANYA HAMPARAN PASIR PUTIH DAN PANORAMA BAHARI// NAMUN/ SEJARAH TENTANG KERUKUNAN DAN KEBERSAMAAN ANTAR WARGA BERBEDA SUKU DAN AGAMA/ JUGA TERPAPAR DI TEMPAT INI// PERSISNYA/ TENTANG KEKERABATAN ANTARA WARGA SUKU BUGIS YANG MUSLIM/ DAN WARGA SETEMPAT YANG MAYORITAS BERAGAMA HINDU/ DI SEBUAH LAHAN BERNAMA/ KAMPUNG BUGIS//

USMAN DAN ALI ADALAH WARGA KAMPUNG BUGIS/ DI PULAU SERANGAN/ BALI// AYAH MEREKA/ ALKANG/ BERASAL DARI SOPPENG/ SULAWESI SELATAN/ DAN IBUNYA/ MADE REMPIK/ ASLI DARI PULAU SERANGAN// SETELAH MENIKAH/ SANG IBU MEMELUK AGAMA ISLAM DAN BERGANTI NAMA MENJADI AISYAH// USMAN DAN ALI MERUPAKAN CONTOH KEBERADAAN WARGA KAMPUNG BUGIS/ YANG TIDAK SEPENUHNYA DIHUNI OLEH ORANG BUGIS// NAMUN/ MERUPAKAN BAURAN SUKU BUGIS DENGAN SUKU-SUKU LAIN DI PULAU ITU// KARENA SEJARAHNYA/ TEMPAT BERMUKIM USMAN DAN ALI ITU/ TETAP DINAMAKAN KAMPUNG BUGIS//

DIPERKIRAKAN/ ORANG BUGIS MENDARAT DI PULAU SERANGAN PADA ABAD KE-17// PERSISNYA/ SETELAH BELANDA MENGUASAI KERAJAAN GOWA// ROMBONGAN YANG DIPIMPIN OLEH SYEKH HAJI MUKMIN MENINGGALKAN PULAU SULAWESI/ KARENA MEREKA ENGGAN MENGIKUTI PERATURAN YANG DITETAPKAN OLEH PEMERINTAH HINDIA BELANDA// KHUSUSNYA/ MENYANGKUT KEHIDUPAN MARITIM MEREKA/ YANG SAAT ITU/ SEPENUHNYA DIKENDALIKAN OLEH BELANDA//

TIBA DI PULAU SERANGAN/ ORANG-ORANG BUGIS YANG DIPIMPIN OLEH SYEKH HAJI MUKMIN PUN MEMBANGUN KEHIDUPAN DI TEMPAT BARU INI// PADA AKHIRNYA/ PIHAK KERAJAAN BADUNG/ YANG MENGUASAI PULAU SERANGAN/ MENGUNDANG MEREKA KE PURA PECUTAN/ UNTUK MEMPERTANYAKAN KEHADIRANNYA DI PULAU KECIL ITU//

RAJA BADUNG SEMPAT MEMBERIKAN SEBUAH LOKASI PEMUKIMAN DI LUAR PULAU SERANGAN// NAMUN/ KARENA PADA DASARNYA MEREKA MERUPAKAN SUKU YANG DEKAT DENGAN LAUT/ MAKA MEREKA PUN MEMOHON UNTUK PINDAH KEMBALI KE PULAU SERANGAN// PERMOHONAN ITU DIKABULKAN// DAN/ MEREKA PUN KEMBALI KE PULAU SERANGAN DAN MEMBANGKITKAN KEMBALI POLA KEHIDUPAN LAMANYA SEBAGAI NELAYAN//

USMAN DAN ALI/ TERMASUK WARGA KAMPUNG BUGIS YANG MASIH MENEKUNI KEHIDUPAN BERNELAYANNYA// DI LUAR MEREKA/ ATAU SEBAGIAN BESAR DARI SEKITAR 70 KEPALA KELUARGA KAMPUNG BUGIS/ LEBIH MEMILIH PEKERJAAN LAIN// INDUSTRI PARIWISATA DAN PEMBANGUNAN PERLAHAN-LAHAN MENGGUSUR POLA KEHIDUPAN WARGA KAMPUNG BUGIS// KALAUPUN MEREKA BERADA DI LAUT/ KERAP LEBIH SEBAGAI PENYEDIA JASA WISATA BAHARI//

USMAN DAN ALI TERMASUK KETURUNAN SUKU BUGIS YANG MASIH SETIA DENGAN WARISAN PROFESI NENEK MOYANGNYA/ YANG NELAYAN// BAHKAN/ MEREKA MASIH MEMILIKI KEMAMPUAN MENYELAM DENGAN PERLENGKAPAN SEDERHANA/ SAMBIL MEMANAH IKAN/ ATAU NGIYA// INILAH PEKERJAAN MEREKA SEHARI-HARI// MENYELAM SAMBIL MENCARI IKAN// TANPA PEDULI JENIS IKAN YANG DIDAPAT// ENTAH UNTUK DIMAKAN SENDIRI ATAU DIJUAL// TERKADANG/ MEREKA PUN MENJARING IKAN HIAS/ YANG DULU MUDAH DITEMUI DI PERAIRAN INI/

RONA KEHIDUPAN KAMPUNG BUGIS YANG SEBENARNYA/ LEBIH TERLIHAT KETIKA SUARA ADZAN MAGHRIB TERDENGAR// TEPATNYA/ KETIKA SELURUH WARGA BERDATANGAN KE MASJID ASY-SYUHADA/ SATU-SATUNYA TEMPAT IBADAH KAUM MUSLIM DI PULAU INI// USAI SHALAT/ ANAK-ANAK USIA SEKOLAH BERKUMPUL DI HALAMAN MASJID/ UNTUK MENGAJI// RUTINITAS SEPERTI INI/ PERSIS SEPERTI DI DESA-DESA DI SULAWESI SELATAN/ TEMPAT NENK-MOYANG MEREKA BERASAL//

KECINTAAN WARGA KAMPUNG BUGIS TERHADAP ISLAM/ SEJARAH NENEK MOYANG/ DAN TENTU SAJA ADAT-ISTIADAT BUGIS/ JUGA DITUNJUKKAN DENGAN ADANYA AL-QUR’AN TUA/ YANG KONON/ DIBAWA OLEH SYEKH HAJI MUKIM DI ABAD KE-17// KITAB SUCI INI DITULIS DI ATAS KERTAS/ YANG PINGGIRANNYA TAK LAGI APIK//

DI BULAN MUHARRAM/ WARGA KAMPUNG BUGIS MEMILIKI TRADISI MELAKUKAN KIRAB/ ATAU KELILING KAMPUNG/ SAMBIL MEMBAWA KITAB AL-QUR’AN TUA/ DAN MEMBACA SALAWAT NABI// KITAB AL-QUR’AN TUA/ ALUNAN SALAWAT NABI SEPERTI YANG TERTULIS DALAM KITAB DIBA/ SERTA MAKAM SYEKH HAJI MUMIN DAN PARA PENGIKUTNYA/ MENJADI CATATAN PENTING TENTANG KEBERADAAN SUKU BUGIS DI PULAU SERANGAN// MESKI/ KINI SUKU BUGIS TELAH KAWIN-MAWIN DENGAN SUKU-SUKU LAIN/ TERNYATA CATATAN PENTING ITU TERUS DIPELIHARA//

DI LUAR CATATAN SEJARAH DAN BUDAYA SUKU BUGIS DI PULAU SERANGAN/ SELAMA EMPAT BELAS TAHUN TERAKHIR/ WARGA KAMPUNG BUGIS/ JUGA WARGA LAINNYA/ DIHADAPKAN PERSOALAN BARU// REKLAMASI PULAU/ YANG MENYULAP LAHAN YANG TADINYA HANYA SELUAS 112 HEKTAR MENJADI 481 HEKTAR/ MEMBAWA PERUBAHAN TERHADAP KEHIDUPAN MEREKA SEHARI-HARI// KHUSUSNYA/ MENYANGKUT KONDISI LINGKUNGAN DAN LAHAN NAFKAH//

USMAN DAN ALI/ SERTA RATUSAN WARGA PULAU SERANGAN LAINNYA/ SEMAKIN SULIT MENCARI IKAN HIAS// PADAHAL/ DULU MEREKA BISA MELAKUKANNYA SAMBIL BERENANG DI LAUT// KERUSAKAN MANGROVE MEMBUAT IKAN-IKAN TANGKAPAN PUN MENJAUH/ SEMAKIN JAUH KE TENGAH SAMUDERA// SEHINGGA/ KEHIDUPAN BERNELAYAN MEREKA PUN SANGAT TERGANGGU//

MAKA/ CARA HIDUP ORANG BUGIS YANG SEPENUHNYA DI LAUT/ KINI BERGESER JAUH KE DARATAN// KALAUPUN ADA YANG MASIH BERTAHAN SEBAGAI NELAYAN/ ITU DIKARENAKAN TIDAK ADA PILIHAN YANG LEBIH BAIK// DAN/ MEREKA TERPAKSA BERNELAYAN DENGAN HASIL YANG SEKEDARNYA//

Tidak ada komentar: