Juni 20, 2007

PERJALAN AKHIR KAMERAWAN GUNTUR SYAIFULLAH


# Satu sangkar dari besi, rantai kasar pada hati
# Tidak merubah rajawali, menjadi burung nuri

# Rajawali, Rajawali

# Satu luka perasaan, maki puji dan hinaan
# Tidak merubah sang jagoan, menjadi makhluk pujian
# Rajawali, Rajawali, Rajawali
(Lagu “Rajawali” oleh Kantata Takwa)

Rajawali adalah raja dari seluruh jenis burung di angkasa. Dengan sayap lebarnya, ia senantiasa menjelajahi seluruh ruang angkasa, untuk mengikuti kodratnya, hadir di bumi, mengisi sejarah kehidupan, dan bersiaga mencapai keabadian di alam kekal. Dengan cakar tajamnya, ia membuat sarang dan mencari makan, untuk menghidupi betina dan anak-anaknya.

Rajawali juga merupakan perlambang jiwa nan perkasa, tangguh, tak kenal lelah, dan merdeka. Ia bisa menjelma dalam diri setiap insan, karena anugrah kodrati atau tuntutan keadaan. Dan, ia bisa lahir dari trah manapun. Bahkan, dengan kalangan sudra atau rakyat jelata. Dan, ia akan menjadi bagian dari sejarah agung, karena keperkasaan kepakan sayap dan cengkeraman jemarinya.

Bila raungan mesin dari sejumlah speedboat terus membahan di perairan Laut Jawa ini, tak lepas dari kisah seekor rajawali yang dikabarkan hilang. Kehadiran kawanan burung dari berbagai spesies ini, memang bertujuan mencari keberadaan sang Rajawali.

Cerita jurnalis dan sepotong berita adalah kisah rajawali dan sekerat daging. Ia akan menjelajah ke ruang angkasa mana pun, tanpa berpikir rasa lelah dan bahaya. Di benaknya hanya tersimpan sebuah keinginan, memenuhi rasa ingin tahu dan mengabarkannya untuk khalayak.
Seorang jurnalis, yang semula bisa saja berupa seekor burung nuri atau burung pipit, dalam beberapa saat, keadaan menuntutnya menjadi seekor rajawali. Dan, sang raja burung nan perkasa itu pun, senantiasa bersiap mencengkeram berkilo-kilogram daging di mana pun. Sayap-lebarnya akan terus mengepak menjelajah seluruh tempat kejadian. Dan, naluri membimbingnya untuk terus terbang, mencengkeram, pulang ke serang, dan kembali terbang.


# Burung sakti di angkasa, lambang jiwa yang merdeka

# Pembela kaum yang papa, penjaga jiwa lara
# Rajawali, Rajawali, Rajawali
(Lanjutan lagu “Rajawali” oleh Kantata Takwa)


Kisah hilangnya sang Rajawali membuat sanak-familinya merasa berduka. Bila kawanan burung-burung lain berjuang di laut, untuk mencari keberadaan sang raja burung, maka sanak-familinya hanya bisa larut dalam kesedihan seraya terus mengumandangkan keagungan firman yang maha berkehendak. Pada kenyataannya, sahalat, zikir, dan doa, menjadi satu-satunya kekuatan sanak-famili sang rajawali, untuk menyambut keputusan apapun dari yang maha mematikan. Jauh di dalam relung hati, mereka percaya, sang rajawali tengah menjalani kodratnya.

Sejarah penjelajahan sang Rajawali, sebenarnya telah dimulai sejak sebelas tahun yang silam. Semula, ia juga tak ubahnya burung nuri, yang pemalu dan takut terbang tinggi. Tapi, keadaan membentuk nalurinya, hingga berani terbang lebih tinggi dan mencari daging-daging segar, hingga daerah-daerah berbahaya. Ia memang telah memperlihatkan jatidiri yang sebenarnya sebagai seekor rajawali.


# Jiwa anggun teman sepi, jiwa gagah pasti diri

# Sejati…
# Bertahan pada godaan, prahara atau topan
# Keberanian
(Lanjutan lagu “Rajawali” oleh Kantata Takwa)

Pada akhirnya, kodrat membimbingnya ke atas bongkahan besi hangus, bernama Levina I, persis di hari minggu, 25 februari. Ia bersama rajawali-rajawali lain terbang karena sebuah amanah untuk mendapatkan sekerat daging.

Akhirnya, pencarian terhadap sang Rajawali membuahkan hasil. Sekawanan burung-burung liar menemukan jasad, dengan sayap lebar dan kuku runcing, yang telah kaku. Sang Rajawali memang telah memenuhi kewajibannya sebagai umat di alam fana. Sehingga, ia harus segera memasuki alam lain yang lebih tentram dan abadi.

Namun alam fana yang ditinggalkannya seakan tidak ikhlas. Ratusan burung-burung lain, termasuk juga Rajawali-Rajawali yang lebih gagah dan sakti, ikut larut dalam kesedihan. Entah karena merasa iba akan sejarah dan nasib sang rajawali, atau jangan-jangan, sekedar pura-pura simpati. Yang pasti, sanak-famili sang Rajawali merasa bersyukur, masih bisa melihat jasad sang Rajawali dan bisa berlama-lama memandang wajah agungnya.

Keharuan dan rasa iba terus berhamburan, tatkala jasad sang Rajawali diagungkan di hadapan burung-burung lain. Seiring dengan itu, ungkapan-ungkapan rasa duka pun tak henti terhembus ke udara, dan memayungi jasad sang rajawali. Pada hakekatnya, mangkatnya sang Rajawali bukanlah akhir dari kisah kehidupannya. Karena, ia hanya mengakhiri kodratnya sebagai umat di alam fana. Dengan begitu, ia pun berhenti membuat sarang dan mencari sekerat daging untuk sanak-familinya.

Selanjutnya, ia justru mendapati kehidupan lain yang lebih tentram, nyaman, dan abadi. Dan, bagi sang Rajawali, kematian justru merupakan pintu untuk menghantarkan jiwa perkasa, jiwa tangguh, jiwa tak kenal lelah, dan jiwa merdekanya, untuk menyatu dengan cahaya-nya.


# Sendiri, sendiri, selalu sendiri

# Mencari, mencari, selalu mencari
# Pada ruang, pada waktu
# Aku sudah datang…
(Lagu “……..” Oleh iwan fals)

TIM PRODUKSI:
“Kisah Sang Rajawali”
; Syaiful Halim (Sutradara/Penulis Naskah); Dwi Nindyas Putra (Pengarah Fotografi/Kamerawan); Syamsul Fajri (Penyunting Gambar); Billy Soemawisastra (Narator); M. Nur Ridwan & Budi Utomo (Penata Grafis); Ari Widagdo (Penata Musik); Suparyono (Periset); Yaya, Destian, Kosmulyana, dan Sugeng (Pendukung Produksi); Teguh Suyudi & Eko Widodo (Narasumber). Diproduksi di Jakarta, pada 30 Februari – 2 Maret 2007. Ditayangkan di Program POTRET SCTV pada 3 Maret 2007.

Tidak ada komentar: