Mardiah menarik gerobak berisi pasir laut, lalu menumpahkannya di atas sebidang tanah. Di belakangnya, Radiah mendatangi tumpukan pasir laut itu sambil membawa sebatang kayu, dengan ujung berbentuk garpu. Sesaat kemudian, ia menyebarkan pasir itu hingga merata dengan tanah. Di latar belakang, terdengar intro lagu “Asai Nanggroe” yang dinyanyikan penyanyi Aceh, Rafli dan Kelompok Musik Kande-nya. Maka, film dokumenter “Nyanyian di Padang Garam” pun dimulai.
TIM PRODUKSI:
“Nyanyian di Padang Garam”; Syaiful Halim (Sutradara/Penulis Naskah); Akhe Mona (Pengarah Fotografi/Kamerawan); Syamsul Fajri (Penyunting Gambar); Billy Soemawisastra (Narator); M. Nur Ridwan & Budi Utomo (Penata Grafis); Ari Widagdo (Penata Musik); Suparyono (Periset); Adiansyah (Pendukung Produksi); Radiah, Mardiah, dan Hasyim (Talent). Diproduksi di Pidie & Bireun, NAD, pada 23–29 Mei 2007. Ditayangkan di Program POTRET SCTV pada 2 Juni 2007.
NARASI ORISINAL:
# Asal Negara laksana rimba Tuhan
# Hutan lebat, tidak ada manusia
# Saat nenek moyang bersusah-payah
# Rimba ditebang dengan segala daya
(Lagu “Asai Nanggroe” by Rafly & Kelompok Musik Kande)
DESA CEUBREK [DIBACA: CIBRE:]/ SEKITAR SEPULUH KILOMETER DARI KOTA SIGLI/ KABUPATEN PIDIE/ NANGGROE ACEH DARUSSALAM// DI ANTARA TAMBAK-TAMBAK IKAN DAN LAHAN-LAHAN KOSONG/ MASIH TERLIHAT PULUHAN GUBUK SEDERHANA BERNAMA LANCANG// DI TEMPAT ITULAH/ WARGA DESA CIBRE: MENGAIS NAFKAH/ DENGAN CARA MENGOLAH PASIR LAUT MENJADI KRISTAL-KRISTAL GARAM//
RADIAH DAN MARDIAH ADALAH DUA DARI RATUSAN PETANI GARAM DI KAWASAN SIMPANG TIGA/ KABUPATEN PIDIE// SETIAP HARI/ MEREKA MELAKUKAN BERBAGAI KEGIATAN PENGOLAHAN GARAM DI TEMPAT INI// DULU/ LANCANG INI DIKELOLA OLEH AYAH DAN IBU MEREKA// SETELAH KEDUANYA MENINGGAL DUNIA/ MAKA RADIAH DAN MARDIAH PUN MENJADI PENGGANTINYA// SUNGGUH/ BUKAN PEKERJAAN YANG RINGAN// KARENA/ SELAYAKNYA PEKERJAAN INI DILAKUKAN OLEH KAUM LELAKI// NAMUN/ KARENA KEADAAN/ MEREKA PUN HARUS MEMILIH JALAN HIDUP SEBAGAI PETANI GARAM//
DI DEKAT LANCANG MILIK RADIAH DAN MARDIAH/ TERDAPAT LANCANG YANG DITEMPATI OLEH HASYIM// LELAKI INI ADALAH PAMAN RADIAH DAN MARDIAH// SEPERTI JUGA KEPONAKAN-KEPONAKANNYA/ SETIAP HARI HASYIM PUN BIASA DISIBUKKAN DENGAN PASIR LAUT/ TEMPAT PENYARINGAN PASIR/ ATAU NIRI/ SUMUR PENAMPUNGAN AIR MENGANDUNG GARAM/ ATAU MON/ JUGA BELANGA//
PILIHAN PEKERJAAN INI MERUPAKAN WARISAN DARI ORANGTUANYA// SEHINGGA/ IA TAK INGAT LAGI/ SUDAH BERAPA TAHUN MENEKUNI PEKERJAAN INI// YANG PASTI/ BERTANI GARAM MEMBUATNYA MAMPU MENGHIDUPI ISTRI DAN DELAPAN ANAK-ANAKNYA//
# Sawah dibuat untuk bercocok-tanam
# Kampung dibuat
# Rumah dibuat untuk berteduh
# Agar jangan tidur di atas pohon
# Negara dibuat sedemikian rupa
# Supaya bisa dinikmati sampai anak-cucu
(Sambungan Lagu “Asai Nanggroe” by Rafly & Kelompok Musik Kande)
BERTANI GARAM MERUPAKAN SATU DARI BERAGAM PEKERJAAN WARGA DI PESISIR NANGGROE ACEH DARUSSALAM// BAHKAN/ DI BEBERAPA WILAYAH/ SEPERTI KABUPATEN PIDIE DAN KABUPATEN BIREUN/ SEBAGIAN BESAR WARGA PESISIRNYA MENEKUNI PEKERJAAN INI// PADAHAL/ TIDAK MUDAH MENJADI PETANI GARAM DI TANAH RENCONG// SULITNYA MENJADI PETANI GARAM DI TEMPAT INI DIBANDINGKAN PETANI GARAM DI PESISIR PANTURA ATAU PULAU MADURA/ KARENA KADAR GARAM YANG TERBILANG RENDAH// SEHINGGA/ MEREKA HARUS BEKERJA LEBIH KERAS/ UNTUK MENDAPATKAN HASIL MELIMPAH//
TEKNIK BERTANI GARAM DI DESA CIBRE:/ DIAWALI DENGAN MENJEMUR PASIR LAUT DI SEBUAH LAHAN TERBUKA// MEREKA JUGA MENYIRAMKAN AIR LAUT KE HAMPARAN PASIR INI/ SEBAGAI CARA MENINGKATKAN KADAR GARAM// SELANG DUA HARI/ PASIR-PASIR INI PUN DIKUMPULKAN KEMBALI/ DAN DISIMPAN DI DALAM GUDANG// ATAU/ BIASANYA MEREKA LANGSUNG MEMASUKKANNYA KE SEBUAH KOTAK SARINGAN/ YANG DISEBUT NIRI//
PROSES PENGOLAHAN INI BELUM BERAKHIR// KARENA/ INI BARULAH SEPARUH JALAN// UNTUK MENDAPATKAN AIR BERKADAR-GARAM TINGGI/ TUMPUKAN PASIR DI DALAM NIRI PUN DISIRAM AIR LAUT// TETESAN AIR LAUT INI PUN MENETES/ DAN DISALURKAN KE SEBUAH SUMUR/ YANG DISEBUT MON// SETELAH TERKUMPUL BANYAK/ AIR BERKADAR GARAM INI PUN DIMASUKKAN KE DALAM BELANGA UNTUK DIMASAK// PALING TIDAK MEREKA MEMBUTUHKAN WAKTU SEKITAR ENAM JAM/ UNTUK MENDAPATKAN KRISTAL-KRISTAL GARAM//
TIDAK MUDAH MENJADI PETANI GARAM DI KAWASAN SIMPANG TIGA/ KABUPATEN PIDIE// SELAIN KERJA KERAS/ MEREKA PUN SERING DIHADAPKAN PADA ANCAMAN CUACA/ YANG SESEKALI BISA MENGGANGGU PROSES PENJEMURAN PASIR LAUT// SELAIN ITU/ HARGA KAYU YANG TIDAK MURAH MEMBUAT PRODUKSI GARAM MEREKA PUN/ KERAP IKUT TERHAMBAT// UNTUK ENAM KALI MEMASAK YANG PER ENAM JAM/ PALING TIDAK MEREKA MEMBUTUHKAN ONGKOS KAYU SEBESAR 150 RIBU RUPIAH// ANGKA INI SAMA DENGAN PENDAPATAN MEREKA/ SETELAH TIGA HARI MENGOLAH SEKITAR 160 KILOGRAM GARAM//
SITUASI INI/ SAAT INI MENJADI KENDALA/ KARENA MEREKA BARU SAJA BANGKIT DARI KETERPURUKAN AKIBAT BENCANA TSUNAMI// DUA TAHUN YANG LALU/ KAWASAN INI PUN DIGILAS TSUNAMI HINGGA MERATAKAN LANCANG DAN RUMAH TINGGAL MEREKA// SETELAH BERBAGAI PIHAK MEMBENAHI LOKASI PEMUKIMAN DAN LAHAN-LAHAN PENGOLAHAN GARAM/ PERLAHAN-LAHAN/ MEREKA PUN MULAI BERANI MELANJUTKAN USAHANYA// TERMASUK/ RADIAH DAN MARDIAH//
#
# Yang tengah berkembang di tangkainya
# Harum baunya, hai teman, di dalam taman
# Kita siram selalu, agar bunga terlihat indah
# Kita siram selalu, agar bunga terlihat indah
(Opening Lagu “Seulanga” By Rafly & Kelompok Musik Kande)
GELIAT USAHA DI LAHAN-LAHAN DAN LANCANG PENGOLAHAN GARAM PASCA BENCANA TSUNAMI/ JUGA TERLIHAT DI WILAYAH BIRUEN// PERSISNYA/ DI DESA ALUBA/ KECAMATAN JANGKA// PARA PETANI GARAM/ YANG UMUMNYA KAUM PEREMPUAN/ KEMBALI MENYIBUKKAN DIRI DENGAN KAYU-KAYU BAKAR DAN BELANGANYA//
PETANI GARAM DI TEMPAT INI/ JUGA MEMILIKI TEKNIK PENGOLAHAN GARAM TERSENDIRI// DI SINI/ MEREKA TIDAK MENGANGKUT PASIR DAN MENJEMURNYA HINGGA DUA HARI// NAMUN/ MEREKA LANGSUNG MENGOLAH AIR LAUT/ YANG SUDAH DITUANG KE DALAM BELANGA// UNTUK MEMPERCEPAT PROSES KRISTALISASI GARAM/ MEREKA MEMASUKKAN BIBIT GARAM KE DALAM BELANGA// DENGAN MODAL DUA PULUH LIMA KILOGRAM BIBIT GARAM/ MEREKA AKAN MEMPEROLEH SEKITAR 50 KILOGRAM GARAM SIAP JUAL//
MASALAH PERMODALAN AKIBAT HARGA KAYU YANG MAHAL DAN HARGA JUAL YANG RENDAH/ JUGA TERJADI PADA PETANI GARAM DI DESA TANO ANO/ KECAMATAN JANGKA/ KABUPATEN BIREUN// UNTUK MENYIASATI MASALAH INI/ MEREKA MEMILIKI TEKNIK BERTANI GARAM TERSENDIRI// YAKNI/ SELAIN MEMASAK AIR BERKADAR GARAM/ MEREKA JUGA KERAP MENJEMUR DI SEBUAH PETAK-PETAK//
PEKERJAAN INI DIMULAI DENGAN MENGUMPULKAN PASIR YANG TELAH DIJEMUR/ DI ATAS NIRI BERBENTUK LUBANG DI ATAS TANAH// SETELAH PASIR TERKUMPUL/ MEREKA MENYIRAMNYA DENGAN AIR LAUT// REMBESAN AIR YANG TERKUMPUL INILAH YANG AKAN DIJEMUR// NAMUN/ UNTUK MENINGKATKAN HASIL/ PROSES KRISTALISASI DENGAN MEMASAK AIR BERKADAR GARAM YANG DICAMPUR BIBIT GARAM/ JUGA MEREKA LAKUKAN// HASILNYA/ SETIAP PETANI GARAM/ PALING TIDAK BISA MENDAPATKAN SEKITAR 200 KILOGRAM GARAM SETIAP HARINYA//
SESULIT APAPUN MASALAH YANG DIHADAPI OLEH PETANI GARAM/ MEREKA TETAP MENJALANI PERAN YANG DIGENGGAMNYA// KARENA ITU/ KECERIAAN PUN TETAP TERPANCAR DARI WAJAHNYA/ KETIKA MEREKA MENJALANI BENTUK KEHIDUPAN LAIN DI MASYARAKATNYA// DI SAAT PERAYAAN MAULID NABI MUHAMMAD HARI KE-100/ YANG BIASA DIGELAR DI DESA INI/ RADIAH DAN MARDIAH PUN IKUT BERSUKA-CITA DI DALAMNYA// MEREKA LUPA BAHWA MEREKA YATIM-PIATU// DAN MEREKA JUGA MELUPAKAN KEPENATAN/ YANG BIASA DIALAMI DI PADANG GARAM//
KETIGA PAGI KEMBALI DATANG/ KETIGA SEPEDA MOTOR MILIK MOGEE ATAU AGEN BERDATANGAN/ KEHIDUPAN DI DALAM LANCANG PUN DIMULAI KEMBALI//
KERJA KERAS SELAMA TIGA HARI ADALAH 120 KILOGRAM GARAM/ DENGAN HARGA JUAL 1.800 RUPIAH PER KILOGRAM// JUMLAH PENGHASILAN INI TIDAK SELALU TETAP// KERAP/ MEREKA JUGA HARUS MENJUAL GARAMNYA DENGAN HARGA 1.500 RUPIAH PER KILOGRAM// DAN/ BILA HUJAN TERUS MENGGUYUR KAWASAN INI/ MAKA MASA MENDAPATKAN REJEKI PUN HARUS MUNDUR BEBERAPA HARI//
NAMUN/ ENTAH HASYIM/ ENTAH RADIAH ATAU MARDIAH/ ENTAH PETANI GARAM LAIN/ TIDAK TERLALU MENGGUBRIS SOAL HASIL YANG TIDAK MENENTU ITU// KARENA/ MEREKA ADALAH ORANG-ORANG YANG TERBIASA MENGALUNKAN RASA SYUKUR/ ATAS SEGALA YANG DIDAPATNYA DARI YANG MEMBERI REJEKI// SELAIN ITU/ MEREKA ADALAH BUNGA SEULANGA/ YANG TIDAK PERNAH INGIN LAYU DI TANGKAINYA//
# Wahai bunga, indah sekali
# Seperti bidadari nan cantik sekali
# Datang lelaki yang menggoda
# Menggoda siang dan malam
# Sayang, sungguh sayang
# Kalau sudah sampai waktunya
# Bunga akan layu dan jatuh ke tanah
# Sayang, sungguh sayang nasib seulanga
(Reffrein Lagu “Seulanga” By Rafly & Kelompok Musik Kande)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar